

Hati dalam Islam adalah pusat spiritualitas manusia. Ia bukan sekadar organ biologis, melainkan tempat turunnya iman, cahaya, dan hidayah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan hati adalah kewajiban setiap Muslim agar tidak tertutup dari kebenaran. Namun, banyak yang tidak sadar bahwa ada hal-hal yang secara perlahan dapat meracuni hati hingga membuatnya keras dan gelap.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Ighâtsat al-Lahfân menjelaskan bahwa ada empat hal yang dapat meracuni hati, yaitu:
1. Banyak Bicara yang Tidak Perlu (Cerewet)
Bicara adalah cermin hati. Jika lisan dibiarkan tanpa kendali, maka hati pun akan menjadi kacau. Terlalu banyak berbicara, apalagi dalam hal yang sia-sia, ghibah, fitnah, dan dusta, akan menutup hati dari cahaya iman.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Allah SWT juga berfirman:
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaf: 18)
Banyaknya bicara tanpa dzikir akan mengeraskan hati dan menjauhkan kita dari kekhusyukan dalam ibadah.
2. Mengumbar Pandangan Mata
Mata adalah pintu hati. Pandangan yang liar, terutama terhadap hal-hal yang haram atau tidak bermanfaat, dapat menanamkan penyakit dalam hati seperti syahwat, iri, dan sombong. Islam mengajarkan pentingnya menjaga pandangan sebagai bentuk penyucian jiwa.
Allah SWT memerintahkan:
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا۟ مِنْ أَبْصَٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا۟ فُرُوجَهُمْ ۚ
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya…”
(QS. An-Nur: 30)
Nabi SAW juga bersabda:
النَّظَرُ سَهْمٌ مَسْمُومٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ، فَمَنْ تَرَكَهُ مَخَافَةً مِنَ اللَّهِ أَثَابَهُ اللَّهُ إِيمَانًا يَجِدُ حَلاوَتَهُ فِي قَلْبِهِ
“Pandangan adalah salah satu panah beracun dari panah-panah Iblis. Barangsiapa yang menahan pandangannya karena Allah, maka Allah akan tanamkan dalam hatinya manisnya iman.”
(HR. Hakim)
3. Banyak Makan
Perut yang kenyang terus-menerus dapat menumpulkan hati dan mengurangi semangat dalam beribadah. Islam mengajarkan keseimbangan dalam makan agar tubuh kuat, namun tidak sampai berlebihan.
Rasulullah SAW bersabda:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٍ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ، فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Tidak ada wadah yang lebih buruk yang diisi oleh anak Adam daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suapan untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk napasnya.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kekenyangan membuat tubuh berat untuk bangun malam, malas berzikir, dan hati menjadi keras.
4. Salah Memilih Teman atau Sahabat
Lingkungan adalah cerminan diri. Bersahabat dengan orang yang lalai, cinta dunia, atau suka maksiat akan mempengaruhi kondisi hati seseorang. Seorang teman dapat menarik kita menuju kebinasaan, atau sebaliknya, mengajak pada ketakwaan.
Allah SWT memperingatkan:
يَٰوَيْلَتَىٰ لَيْتَنِى لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai, kiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku.'”
(QS. Al-Furqan: 28)
Rasulullah SAW bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Maka lihatlah dengan siapa ia berteman.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Empat racun hati ini—banyak bicara, mengumbar pandangan, berlebihan dalam makan, dan buruk dalam memilih teman—adalah musuh tersembunyi yang kerap dianggap remeh. Padahal, semua itu secara perlahan akan merusak cahaya dalam hati, melemahkan iman, dan menjauhkan dari Allah.
Sudah seharusnya kita memeriksa diri, menjaga lisan, menundukkan pandangan, mengontrol nafsu makan, serta memperbaiki lingkungan pertemanan. Hanya hati yang bersih yang mampu menerima hidayah dan merasakan manisnya iman.
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.”
(QS. Asy-Syams: 9)
—000—
*Ketua Dewan Pembina Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam (STIDKI) Ar Rahmah
Tinggalkan Balasan