Surabaya (Trigger.id) – Semua pecinta peradaban pasti sepakat dengan slogan “jangan melupakan sejarah”. Tidak persoalan siapa tokoh yang melontarkan slogan tersebut, tetapi slogan yang mengandung ajakan dan sekaligus peringatan tersebut sangatlah penting bagi setiap generasi.
Salah satu “tetenger” sejarah peradaban adalah adanya bangunan-bangunan monumental yang membuktikan adanya peradaban “tinggi” di zaman tersebut. Contohnya di Surabaya Provinsi Jawa Timur.
Di kota pahlawan ini telah banyak bangunan bersejarah yang sudah berganti kepemilikan (dari pemerintah ke pihak swasta). Sebutlah bekas penjara Kalisosok yang ada di jalan Kasuari Krembangan Surabaya.
Dosen Prodi Arsitektur Interior Universitas Ciputra bercerita Freddy Handoko Istanto bercerita, 12 tahun yang lalu, Kalisosok jadi amatan komunitas Pelestari BCB.
Saat itu atap bangunan besar diturunkan. Komunitas ini kuatir bangunan tanpa atap genting itu nantinya akan merusak perlahan-lahan bangunan itu secara keseluruhan. Beberapa media massa tidak bisa masuk menembus bangunan yang memang milik swasta itu. Tetapi Komunitas Surabaya Heritage Society (SHS) bersama-sama Lurah, Camat, satpol PP dan media akhirnya diijinkan masuk. Tentu kondisi saat itu tidak separah kalisosok hari-hari ini. Anehnya saat itu Pemerintah Kota Surabaya saat dicecar media, ternyata tidak mengetahui secara pasti siapa pemilik bangunan tersebut.
Tahun 2013, Gedung Sinagoge di Jalan Kayon dirata-tanahkan. Sinagoge satu-satunya di Indonesia itu hancur menjelang ulang tahun Kota Surabaya tahun 2013.
Belum lagi peristiwa rata tanahnya Rumah Radio Bung Tomo di Jalan Mawar Surabaya. Menurut Freddy, sama modus-nya, Pemerintah Kota seolah gagap ketika komunitas Pelestari sejarah yang memergoki kejadian penghancuran itu.
“Globalisasi menghadirkan global-paradoks. Globalisasi itu penyeragaman sedunia. Yang dicari orang akhirnya keunikan lokal,” papar Freddy H. Istanto.
Sekarang jika BCB menjadi salah satu identitas kota hilang satu persatu, apa yang ditawarkan kota ini kepada generasi mendatang.
Kota juga butuh ciri khas/keunikan. Salah satunya yaitu kawasan lama. Disitu terdiri dari artefak-artefak berharga, yaitu bangunan lama, bahkan BCB. “BCB tidak boleh diam, dia juga bisa hadir sebagai bangkitan ekonomi, digunakan secara wadah ekonomi,” ujarnya. (ian)
Tinggalkan Balasan