

Umumnya, kreativitas biasa disebut sebagai salah satu karakter baik manusia. Itu karena kreativitas memiliki banyak manfaat positif dan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan kreativitas, orang bisa menemukan solusi inovatif dan efektif untuk berbagai masalah, bisa mendorong inovasi teknologi, seni, sains, bisnis, dan lain-lain. Kreativitas sering kali menghasilkan produk, layanan, atau ide yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Tapi, jangan lupa, banyak juga kreativitas seseorang yang justru menghasilan penderitaan orang banyak. Politisi berjanji yang baik-baik, namun perbuatannya untuk kepentingan sendiri dan menggerus kesejahteraan masyarakat banyak. Ada pialang yang cerdas namun kecerdasannya hanya untuk mengeruk uang klien. Ada juga kekasih yang mulutnya manis namun pada akhirnya menyakitkan pasangan.
Ya, ternyata kreativitas itu juga punya sisi gelap. Kreativitas kadang digunakan dengan sengaja untuk merusak orang lain. Wujudnya bisa berupa kebohongan, kejahatan, teror, dan sejenisnya.
David H. Cropley dari University of South Australia, James C. Kaufman dari California State University di San Bernardino, dan Arthur J. Cropley dari University of Hamburg sudah melakukan penelitian empiris tentang itu. Temuannya dimuat di Handbook of Research on Creativity halaman 185-195.
Hongyu Fu dan Zhonglu Zhang dari University of Guangzhou menyebut, “Malevolent creativity mengacu pada ide atau perilaku kreatif yang dengan sengaja merugikan orang lain, organisasi, masyarakat, dan simbol-simbol lebih luas mereka.”
Lewat artikel berjudul The relationship between Honesty-Humility and malevolent creativity yang dimuat dalam jurnal Current Psychology edisi Juni 2024, Fu dan Zhang menyebut orang dengan kecenderungan malevolent creativity mungkin setiap hari berbohong tanpa alasan selain untuk membuat kerusakan orang lain atau sekadar menghibur diri sendiri. Ia juga bisa menciptakan lebih dari sekedar kenakalan dengan menggunakan kreativitas untuk mengungguli rekan kerja atau mencari cara untuk menguras rekening bank orang lain. Pendeknya, ia bisa jadi sangat jahat dan berperilaku tidak bermoral
Bagaimana menghadapi kecenderungan malevolent creativity?
Penelitian Zhang dan Fu mengarah pada titik temu antara ciri-ciri kepribadian dan kualitas emosional stabil yang menghasilkan pikiran-pikiran berbahaya tanpa ada penyesalan moral. Maka, cara mengatasi kecenderungan malevolent creativity adalah pendidikan sejak dini. Anak-anak yang suka merencanakan cara untuk menyakiti orang lain, secara teoritis, harus segera dididik dengan cara yang membentuk moral baik mereka.
Tapi, itu kan jangka sangat panjang? Padahal, kita bisa saja menghadapi si kreatif jahat ini dalam kehidupan sehari-hari sekarang. Kalau sudah begitu, bagaimana?
Anda dapat menggunakan temuan Zhang dan Fu ini untuk memahami fakta bahwa sekadar empati dan simpati tidak akan membantu dalam mengekang si kreatif jahat itu. Rasanya, tidak ada gunanya memberi tahu si penipu itu bagaimana perasaan Anda terhadap perilakunya. Akan lebih efektif jika Anda tegas menyatakan bahwa perbuatannya salah dan berkonsekuensi hukum. Anda dapat menegur dia atas apa yang telah dia lakukan tanpa Anda perlu khawatir akan menyakiti perasaannya.
—000—
*Psikolog, tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan