Surabaya (Trigger.id) – Alhamdulillah. Kita bersyukur bisa berjumpa kembali dengan bulan suci Ramadhan 1443 Hijriah.
Kondisi dan suasana bulan puasa tahun ini pun terasa lebih leluasa dibanding bulan Ramadhan pada dua tahun sebelumnya sejak terjadi pandemi Covid-19.
Tentu ini adalah kesempatan emas untuk memperbaiki kualitas keimanan dan ketakwaan kita. Ini juga momentum paling istimewa memohon ampun atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan.
Kita ingat sabda Rasululullah SAW: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah SWT, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bekal pertama dan utama yang harus kita siapkan adalah niat atau komitmen yang kuat. Mari bersama-sama mantapkan dalam hati agar bulan Ramadhan yang kita jalani tahun ini menjadi salah satu bulan Ramadhan terbaik selama hidup kita.
Harus ikhtiar sekuat tenaga dengan menjalankan perintah puasa wajib, menjalankan sunnah-sunnahnya, memperbanyak ibadah kepada Allah SWT serta terus meningkatkan kepedulian kepada sesama, maka Ramadhan bukan saja sebagai bulan spiritual namun sekaligus bulan sosial.
Dalam konteks ini, sebagai hamba Allah yang mendapat perintah utama untuk selalu beribadah kepada Allah SWT, semuanya perlu diiringi dengan beberapa ikhtiar agar ibadah tidak sia-sia.
Jangan sampai bersemangat ibadah namun akhirnya sia-sia karena tidak diterima oleh Allah SWT.
Bagaimana caranya? Pertama, terus meningkatkan ilmu. Dengan ilmu, pastikan shalat kita benar, ibadah benar, muamalah benar, sehingga sah dan sesuai dengan syariat.
Kedua, harus terus membersihkan hati dengan menghilangkan dengki, dendam, hilangkan riya’ dan kesombongan. Kemudian terus berusaha agar jangan mengumpat, mencaci dan menghina orang lain. Sebab itu semua bisa menjadi penyebab amal dan pahala kita dihapus oleh Allah SWT.
Satu hal saja, hasud atau dengki itu bisa membakar kebaikan seseorang seperti api yang membakar kayu bakar. Rasulullah SAW bersabda : “Iyyakum wal hasada fainnal-hasada yak-kulul hasanaati kamaa takkulunnaarul hathoba.” Jauhilah sifat dengki karena sesungguhnya dengki itu bisa merusak amal kebaikan, seperti halnya api memakan kayu. (HR Abu Dawud).
Ketiga, kita juga harus berusaha sekuat tenaga supaya makanan kita halal, minuman, rezeki dan pakaian yang kita pakai untuk beribadah juga halal. Kalau ketiganya sudah dilakukan dan ditambah dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT, maka ada harapan besar amal diterima oleh Allah SWT.
Allah SWT beriman : Wa maa umiruu illaa liya’budullaaha mukhlishina lahud diin. Tidaklah manusia diperintah kecuali beribadah kepada Allah SWT dengan setulus-tulusnya, dengan seikhlas-ikhlasnya, tanpa ada udang di balik batu, tanpa tendensi apa-apa, kecuali semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
Keempat, memperbanyak istighfar. Kalau semua sudah dilakukan, maka selanjutnya adalah menjaga agar pahala itu tidak terhapus. Antara lain, barangkali kita pernah berbuat salah kepada Allah atau kepada manusia, marilah perbanyak beristighfar kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda : “Tuuba liman wajada fi shahiifatihi istighfaaran.” Beruntung sekali orang yang dalam catatan amalnya mendapatkan banyak istighfar kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW juga bersabda : “Tuuba liman syaghalahu ‘aibuhu ‘an ‘uyuubin nass.” Beruntung sekali orang yang sibuk dengan aibnya sendiri daripada mengevaluasi aib orang lain.
Semoga Allah SWT menuntun dan membimbing kita ke jalan yang benar, mampu meningkatkan iman dan takwa, kemudian akhirnya mendapat ridha dari Allah SWT. (kai)
Tinggalkan Balasan