Gresik (Trigger.id)-Keberadaan desa devisa di Desa Wedani, Kecamatan Cerme, Gresik, diharapkan mampu mendorong kesejahteraan masyarakat. Desa Wedani ini merupakan salah satu Desa Devisa di Jatim, program dipelopori Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing komoditas yang dihasilkan suatu wilayah.
Program Desa Devisa ini salah satunya memberikan pendampingan dan pengembangan kapasitas pelaku usaha berorientasi ekspor. Selain di Wedani Gresik, Desa Devisa di Jatim juga terdapat di Desa Kupang Kabupaten Sidoarjo dengan komoditas rumput laut, serta Desa Devisa Agrowisata Ijen Banyuwangi.
Saat meninjau Desa Wedani, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, program desa devisa ini sangat penting dalam upaya mendorong peningkatan akses pasar. “Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendampingan dan pemberdayaan para pelaku usaha,” katanya.
Jadi, kata dia, program Desa Devisa ini sangat strategis terutama dalam meningkatkan kualitas produk terutama dalam mendorong pasar ekspor.
Para pelaku usaha industri tenun, sangat terbantu bagaimana produknya mengikuti trend pasar, menggunakan merek yang sama. “Pada akhirnya dengan adanya pendampingan seperti ini maka ekonomi masyarakat meningkat, dan kesejahteraan juga ikut meningkat,” imbuhnya.
Khofifah menambahkan, produk kain maupun sarung tenun yang dihasilkan di Desa Wedani ini telah diekspor ke berbagai negara. Berbagai motif khas tenun dari Desa Wedani seperti songket gunung timbul, goyor, dan corak liris sangat diminati pasar luar negeri. “Mudah-mudahan pengalaman baik desa devisa Wedani ini bisa menjadi inspirasi dan referensi bagi daerah lainnya,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Khofifah pun memuji penerapan Communal Branding yang dilakukan para pengrajin di desa ini. Dimana, mereka menggunakan merk bersama yakni Wedani Giri Nata (WGN) yang digunakan oleh 61 pelaku industri tenun di Desa ini.
Melalui communal branding, lanjutnya, maka standar dari kualitas akan lebih terjaga. Terlebih ketika ada permintaan produk dalam jumlah yang besar, baik dari pasar dalam negeri maupun luar negeri. “Dengan communal branding ini akan ada jaminan standar kualitasnya,” terangnya.
Khofifah juga menyampaikan bahwa tradisi menenun di Jawa Timur merupakan tradisi turun temurun yang harus terus dilestarikan. Di Desa Wedani ini sendiri sudah sampai generasi keempat.
Kemudian di beberapa daerah penghasil tenun lainnya di Jatim seperti di Larangan Lamongan dan Bandar Kidul Kediri adalah generasi ketiga.
Tinggalkan Balasan