
Jakarta (Trigger.id) – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DKI Jakarta menyatakan balita yang tinggal di perkotaan bisa mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebanyak tujuh hingga sembilan kali dalam setahun atau lebih banyak dibandingkan balita yang tinggal di pedesaan.
Informasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengenai balita di kota yang bisa mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga sembilan kali dalam setahun menunjukkan bahwa ISPA masih menjadi masalah kesehatan serius pada anak-anak, terutama balita.
“Seorang balita bisa mengalami tujuh sampai sembilan kali episode ISPA per tahun. Dan ini akan lebih sering di perkotaan dibanding pedesaan. Kenapa? Mungkin terkait polusi dan kepadatan penduduk,” kata perwakilan IDAI DKI Jakarta dr. Madeleine Ramdhani Jasin, Sp.A (K) dalam diskusi daring “Kenali ISPA dan Pneumonia untuk Kita Cegah dan Obati” yang digelar oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta di Jakarta, Senin (13/01).
Pasien ISPA, kata dia, biasanya pulih kurang dari tujuh hari atau 14 hari melalui penanganan yang tepat. Adapun terapi yang dapat diberikan yakni pemberian cairan dan nutrisi yang cukup, obat-obat sesuai gejala, lalu pemberian antibiotik atau antivirus bila dibutuhkan. Beberapa faktor utama yang memengaruhi tingginya angka ISPA pada balita di perkotaan antara lain:
1. Polusi Udara
Perkotaan cenderung memiliki kualitas udara yang buruk akibat polusi kendaraan, aktivitas industri, dan pembakaran sampah. Partikel-partikel polutan ini dapat dengan mudah mengiritasi saluran pernapasan anak-anak yang lebih sensitif dibandingkan orang dewasa.
2. Kepadatan Penduduk
Lingkungan yang padat penduduk memudahkan penyebaran virus dan bakteri penyebab ISPA. Anak-anak sering terpapar patogen dari orang lain di rumah, tempat penitipan anak, atau fasilitas umum.
3. Ventilasi Rumah yang Buruk
Banyak rumah di perkotaan memiliki ventilasi yang buruk, yang dapat meningkatkan paparan polutan dalam ruangan, seperti asap rokok, debu, atau asap dapur.
4. Imunisasi dan Status Gizi
Anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap atau memiliki status gizi buruk lebih rentan terhadap ISPA. Sistem imun mereka belum cukup kuat untuk melawan infeksi.
5. Paparan Asap Rokok
Paparan asap rokok di rumah atau lingkungan sekitar secara signifikan meningkatkan risiko ISPA pada balita.
Pencegahan ISPA pada Balita di Perkotaan
- Memperbaiki kualitas udara di rumah: Gunakan ventilasi yang baik dan hindari merokok di dalam rumah.
- Meningkatkan kebersihan lingkungan: Cuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh anak dan setelah keluar rumah.
- Imunisasi lengkap: Pastikan anak mendapatkan vaksin sesuai jadwal, seperti vaksin influenza.
- Perbaikan gizi: Berikan makanan bergizi seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak.
- Mengurangi paparan polusi: Jika memungkinkan, hindari keluar rumah saat polusi udara tinggi atau gunakan alat bantu seperti masker.
“Kalau pneumonianya ringan, kita identifikasi dari awal napasnya cepat tapi tidak ada tarikan dinding dada ke dalam. Kita bisa berikan antibiotik dahulu selama tiga hari. Lalu nanti kita minta datang. Jadi belum tentu dirawat,” kata Madeleine.
Perawatan di rumah sakit dibutuhkan bila pasien mengalami sesak napas ditandai tarikan dinding dada ke dalam dan pasien lemas hingga kebiruan.
“Bahkan, anaknya sampe lemes banget atau biru. Ya, itu berarti sudah berat. Kita harus rawat karena kita harus kasih obat melalui infus dan oksigen. Dan itu kan tentu perlu perawatan,” kata dia. (bin)
Tinggalkan Balasan