
Surabaya (Trigger.id) – Setidaknya 21 anak-anak Palestina dan 25 wanita termasuk di antara 87 orang yang tewas di Gaza sejak pengumuman perjanjian gencatan senjata yang diperkirakan akan dimulai Minggu, 19 Januari 2025.
Berita mengenai serangan udara yang semakin intensif menjelang gencatan senjata mencerminkan situasi konflik yang masih memanas sebelum adanya kesepakatan untuk menghentikan permusuhan.
Dalam konteks konflik Israel-Palestina, eskalasi seperti ini sering kali bertujuan untuk memperkuat posisi pihak-pihak yang bertikai sebelum gencatan senjata mulai berlaku.
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir mengatakan dia akan mengundurkan diri dari pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika mereka meratifikasi perjanjian gencatan senjata di Gaza.
Kabinet Israel akan bertemu pada hari Jumat untuk melakukan pemungutan suara mengenai kesepakatan gencatan senjata, menurut laporan media.
Netanyahu membatalkan pemungutan suara kabinet mengenai kesepakatan tersebut pada hari Kamis, menuduh Hamas “mengingkari” beberapa syarat – sebuah tuduhan yang dibantah keras oleh kelompok Palestina.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 46.788 warga Palestina dan melukai 110.453 orang sejak 7 Oktober 2023. Setidaknya 1.139 orang tewas di Israel selama serangan pimpinan Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.
Al Jazeera telah berbicara dengan orang-orang di Deir el-Balah, Gaza tengah, menjelang gencatan senjata yang diharapkan terjadi pada hari Minggu.
Mereka berharap kesepakatan itu akan mengakhiri perang Israel yang telah berlangsung selama 15 bulan, yang telah menewaskan lebih dari 46.700 warga Palestina dan menyebabkan ribuan lainnya hilang. Namun ingatan mereka tentang perang tidak akan hilang dalam waktu dekat.
“Rasanya seperti ini Idul Fitri,” kata Nahed al-Wer, seorang psikiater yang mengungsi bersama keluarganya dari kamp pengungsi Bureij.
“Kami berharap perasaan ini tetap ada selamanya dan kami tidak melihat pertumpahan darah lagi. Kami berharap kami tidak melihatnya lagi dan kami tidak perlu mengalami pengalaman ini lagi. Kita semua kehilangan orang. Saya kehilangan saudara laki-laki saya, keponakan saya, keponakan saya yang lain, dan kerabat lainnya.”
Yasmeen al-Helo, seorang ibu yang berasal dari pinggiran Kota Gaza, mengatakan setelah pengumuman gencatan senjata pada Rabu malam, namun sebelum penerapannya. (bin)
Tinggalkan Balasan