Gangguan penglihatan dan kebutaan masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di dunia termasuk Indonesia.
Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup jumlah kasus glaukoma diperkirakan akan terus bertambah. Glaukoma adalah peningkatan tekanan intra okuler yang dapat menyebabkan degenerasi saraf optik atau kelainan dalam lapang pandang yang umumnya ditemukan pada usia di atas 40 tahun.
Kebutaan akibat glaukoma merupakan kebutaan yang sifatnya ireversibel (permanen). Apabila seseorang telah menderita kebutaan akibat glaukoma, tidak ada lagi penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengembalikan penglihatan orang tersebut.
Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat mencegah terjadinya kebutaan permanen pada penderita glaukoma. Sekarang pemeriksaan dini glaukoma di beberapa daerah sudah dapat dilakukan melalui posyandu usia lanjut, puskesmas, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya seperti Balai Kesehatan Mata Masyarakat.
Hari Glaukoma Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 12 Maret, dideklarasikan oleh Organisasi Glaukoma Sedunia pada tanggal 6 Maret 2008. Seluruh negara di dunia diminta untuk melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang glaukoma, dengan harapan akan membantu masyarakat yang mempunyai faktor risiko untuk melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara teratur.
Memperingati “World Glaucoma Week” dr. Lydia Nuradianti, SpM (K) – Pakar General Oftalmologi, Glaukoma dan Lasik dari Rumah Sakit Mata Undaan (RSMU) mengatakan, pihaknya mengadakan kegiatan talkshow “Inisiasi Komunitas Glaukoma” dan pemeriksaan atau cek tekanan bola mata gratis. Acaranya hari Minggu, 12 Maret 2023, diawali dengan kegiatan senam zumba bersama.
Kata Lydia, kegiatan peringatan “World Glaucoma Week” ini penting, untuk menyadarkan dan mengingatkan masyarakat bahwa glaukoma tersebut terjadinya tidak tiba-tiba. Seiring bertambajkan usia, semakin besar peluang seseorang terkena glaukomo. “Glaukoma merupakan pencuri penglihatan. Dengan adanya acara ini diharapkan sosialisasi kita kepada masyarakat lebih mengena. Dan bersama kita bisa mencegah kebutaan karena glaukoma
dengan deteksi dini,” pungkas dr. Lydia Nuradianti, SpM (K).
(ian)
“
Tinggalkan Balasan