Surabaya (Trigger.id) – Masalah kesehatan jiwa sering dianggap sepele dan kurang penting dibandingkan kesehatan fisik, padahal keduanya saling terkait dan penting untuk kesejahteraan hidup. Banyak yang masih memiliki stigma atau menganggap kesehatan jiwa sebagai kelemahan, sehingga penderita sering merasa takut untuk mencari bantuan. Ini memperparah kondisi dan menghambat pemulihan.
Kesehatan mental yang buruk dapat mempengaruhi produktivitas, hubungan sosial, serta kualitas hidup. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa perlu ditingkatkan untuk membangun masyarakat yang lebih sehat secara holistik.
“Gangguan mental secara general berarti kita punya rasa tidak nyaman, stres, resah. Dan rasa tidak nyaman itu sudah sampai membuat kita kehilangan beberapa fungsi sehari-hari. Susah tidur, tidak konsentrasi, dan tidak bisa berinteraksi dengan baik,” kata psikiater dr. Tjoeng Steven, kepada DW Indonesia.
Menurut Steven, masih ada stigma yang salah di masyarakat, yang menganggap bahwa gangguan mental sama dengan gila.
“Kita mengidentifikasi kalau gangguan jiwa itu sama dengan gila. Nah, ini sebuah keyakinan dasar yang salah. Asumsi total, ya. Karena tidak semua gangguan jiwa itu identik dengan gila. Gangguan jiwa itu bisa jadi sekadar kita susah tidur,” ujar Steven.
Menurutnya, tak heran jika masih banyak orang yang enggan terbuka karena takut dihakimi.
Mengutip laman ayosehat.kemkes.go.id, seorang penyair dari Aquino bernama Decimus Iunius Juvenalis pada abad kedua Masehi mempopulerkan sebuah ungkapan atau frasa mens sana in corpore sano yang dimaknai sebagai di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Frase tersebut terus berkembang dalam dunia olahraga, agar seorang anak memahami betapa pentingnya berolahraga dalam menjaga kondisi tubuh, baik fisik (badan) maupun psikis (jiwa). Frase tersebut seakan menyiratkan bahwa tubuh yang sehat akan membuat jiwa seseorang menjadi sehat.
Berdasarkan pandangan tersebut, kesehatan jiwa sering kali dianggap sebagai sesuatu yang kurang penting dibandingkan dengan kesehatan fisik, karena adanya anggapan jika badan sehat, maka jiwa akan ikut sehat. Padahal, kesehatan jiwa memiliki peran yang sangat krusial dalam kualitas hidup seseorang.
Berapa banyak orang yang tubuhnya sehat, namun perilakunya cenderung menyimpang, mudah cemas, depresi dan bahkan sebagian melakukan bunuh diri. Sayangnya, masih banyak orang yang enggan atau takut untuk berbicara tentang masalah kesehatan jiwa, sehingga masalah tersebut seringkali terabaikan. Dampaknya, penyakit yang diderita seseorang sulit untuk diatasi, terlebih untuk disembuhkan. Orang yang ingin berkonsultasi ke psikolog atau psikiater karena masalah depresi atau kecemasan di dalam dirinya, sering kali distigma sebagai orang yang mengalami gangguan jiwa bahkan gila.
Pandangan tersebut tentunya sangat berbeda dengan kondisi di era mileneal. Berdasarkan penelitian pada beberapa tahun terakhir, ditemukan kaitan yang erat antara kesehatan jiwa dengan kesehatan tubuh/fisik seseoarang. Bahkan beberapa hasil penelitan menyebutkan adanya pengaruh kesehatan jiwa terutama depresi dan kecemasan terhadap penyakit kronis, seperti gagal ginjal, gagal jantung, kanker, diabetes melitus, hipertensi, tuberculosis, tukak lambung dan lain-lain. Artinya, jika jiwa seseorang sehat, maka penyakit fisik seseorang akan lebih mudah disembuhkan.
Mengapa Kesehatan Jiwa Sering Terabaikan?
Masyarakat sering kali masih menempelkan stigma negatif dan diskriminasi terhadap orang yang mengalami masalah kejiwaan dan atau gangguan jiwa. Hal ini membuat banyak orang merasa malu atau takut untuk mencari bantuan. Bahkan untuk melakukan skrining kesehatan jiwapun, seseorang sering kali dihantui perasaan takut dikatakan mengalami gangguan jiwa.
Para ahli kesehatan jiwa berpendapat bahwa beberapa faktor membuat kesehatan mental sering terabaikan. Salah satunya adalah kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental yang setara dengan kesehatan fisik. Stigma sosial juga memainkan peran besar; banyak yang menganggap bahwa masalah mental adalah tanda kelemahan atau masalah yang hanya bisa diatasi sendiri. Selain itu, akses layanan kesehatan jiwa masih terbatas, terutama di daerah-daerah tertentu. Kondisi ini membuat banyak orang ragu untuk mencari bantuan profesional, padahal intervensi lebih dini dapat mempercepat pemulihan dan mencegah masalah lebih serius.
Masalah lainnya adalah masih banyak orang yang kurang memahami tentang gangguan jiwa. Mereka acap kali menganggap gangguan jiwa sebagai kelemahan atau tanda kepribadian yang buruk. Berkonsultasi terkait masalah kesehatan jiwa juga dianggap tabu.
Akses terhadap layanan kesehatan jiwa juga masih terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil. Psikolog dan atau dokter spesialis jiwa hanya ada di perkotaan. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap upaya seseorang menyelesaikan masalah kejiwaannya.
Kesehatan fisik juga dianggap lebih penting dan mendesak dibandingkan dengan kesehatan jiwa. Hal tersebut dipengaruhi oleh pandangan terkait dengan di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Dampak dari Pengabaian Kesehatan Jiwa
Pengabaian terhadap kesehatan jiwa dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Beberapa dampak tersebut antara lain:
- Peningkatan risiko bunuh diri dikarenakan gangguan jiwa yang tidak tertangani.
- Penurunan kualitas hidup disebabkan oleh gangguan jiwa yang mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja, belajar, dan bersosialisasi.
- Peningkatan risiko penyakit fisik, seperti penyakit jantung, diabetes melitus, gagal ginjal dan gangguan pencernaan.
- Beban ekonomi dikarenakan penanganan dan pengobatan gangguan jiwa yang terlambat, sehingga membuat seseorang tidak mampu belajar dan bekerja dengan baik yang berdampak pada tidak adanya pemasukan.
- Dampak pada keluarga dan masyarakat akibat gangguan jiwa yang tidak tertangani dan dapat menyebabkan masalah sosial.
Jika kita masih mengabaikan kesehatan jiwa, konsekuensinya bisa sangat serius. Berbagai studi menunjukkan bahwa tanpa perhatian yang cukup, masalah kesehatan mental bisa berkembang menjadi kondisi yang kronis dan sulit diatasi.
Pengabaian kesehatan jiwa tidak hanya mengurangi kualitas hidup secara pribadi, tetapi juga menghambat kemampuan kita untuk berfungsi secara optimal dalam pekerjaan, hubungan, dan kehidupan sosial. Memperhatikan kesehatan jiwa adalah langkah preventif yang penting untuk kesejahteraan secara keseluruhan, membantu kita menjalani hidup yang lebih seimbang dan bermakna. (bin)
Tinggalkan Balasan