
Surabaya (Trigger.id) – George Foreman, legenda tinju kelas berat dunia, wafat pada usia 76 tahun pada Jumat, 21 Maret 2025. Kabar duka ini diumumkan melalui akun media sosial resmi yang mewakili Foreman. Dalam pernyataan tersebut, ia dikenang sebagai sosok beriman, rendah hati, dan memiliki tujuan hidup yang kuat. Selain sebagai petinju hebat, ia juga dikenal sebagai pendeta yang taat, suami setia, ayah penyayang, serta kakek yang bangga dengan keluarganya.
Foreman merupakan salah satu petinju paling kuat dalam sejarah tinju. Ia meraih medali emas Olimpiade 1968 setelah mengalahkan petinju Soviet, Jonas Čepulis, yang menjadi awal dari karier profesionalnya. Dalam 37 pertarungan pertamanya, ia tidak terkalahkan dan berhasil merebut gelar juara dunia kelas berat setelah mengalahkan Joe Frazier pada 1973. Foreman mempertahankan gelarnya dengan mengalahkan Jose Roman dan Ken Norton sebelum menghadapi Muhammad Ali dalam pertarungan legendaris “Rumble in the Jungle” di Kinshasa, Zaire, pada 30 Oktober 1974.
Pertarungan tersebut menjadi salah satu yang paling bersejarah dalam dunia tinju. Dengan strategi “rope-a-dope”, Ali berhasil bertahan dari pukulan-pukulan keras Foreman sebelum melancarkan serangan di ronde kedelapan dan meraih kemenangan KO. Kekalahan ini menjadi satu-satunya yang dialami Foreman melalui knockout sepanjang 28 tahun kariernya. Meskipun sempat terpukul, Foreman kemudian menjalin persahabatan erat dengan Ali.
Setelah kalah dari Jimmy Young pada 1977, Foreman memutuskan pensiun dan menjadi pendeta. Namun, pada 1987, ia kembali ke ring dalam kondisi fisik yang kurang prima. Meskipun demikian, ia tetap mampu bersaing di puncak, bahkan menghadapi juara dunia Evander Holyfield pada 1991. Puncak dari comeback-nya terjadi pada 1994 ketika ia mengalahkan Michael Moorer dan merebut kembali gelar juara dunia kelas berat di usia 45 tahun, menjadikannya juara dunia tertua dalam sejarah tinju.
Di luar ring, Foreman juga sukses sebagai pengusaha. Produk terkenalnya, “George Foreman Lean Mean Fat-Reducing Grilling Machine,” terjual lebih dari 100 juta unit di seluruh dunia. Ia juga memiliki lini pakaian dan pernah membintangi acara realitas tentang keluarganya, yang terdiri dari istri dan 12 anak, termasuk lima anak laki-laki yang semuanya diberi nama George.
Di masa tuanya, Foreman tetap aktif sebagai pendeta di gerejanya di Houston. Ia pernah mengungkapkan bahwa ibunya lebih menyetujui pekerjaannya sebagai pendeta dibanding karier tinjunya. Kehidupan Foreman juga tidak lepas dari tragedi, termasuk kematian putrinya, Freeda, pada 2019. Ia mengungkapkan kesedihannya atas kehilangan tersebut di media sosial.
Pada 2022, Foreman menghadapi tuduhan pelecehan seksual dari dua wanita yang mengklaim mengalami kejadian tersebut pada 1970-an. Foreman membantah tuduhan tersebut dan mengajukan permohonan agar salah satu gugatan dibatalkan pada 2024.
Kisah hidup Foreman diangkat dalam film “Big George Foreman” yang dirilis pada 2023. Ia mengaku bahwa melihat perjalanan hidupnya dalam film sangat mengharukan dan mengingatkan pada masa lalu yang berusaha ia sembunyikan.
Kepergian George Foreman meninggalkan warisan besar dalam dunia tinju dan kehidupan spiritualnya. Ia akan selalu dikenang sebagai salah satu petinju terbesar sepanjang masa dan sosok inspiratif di dalam dan luar ring. (ian)
Tinggalkan Balasan