• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Relasi Stres Dengan Penyakit “Seribu Wajah” 

14 Mei 2025 by admin Tinggalkan Komentar

Relasi Stres Dengan Penyakit “Seribu Wajah” . Foto: healthing.ca
Oleh: Ari Baskoro*

Akhir-akhir ini gen Z dan Milenial semakin sering menjadi topik perbincangan. Gen Z lahir tahun 1997-2012. Sekarang mereka berusia 8-23 tahun. Sedangkan generasi Milenial lahir tahun 1981-1996. Kini mereka berusia 24-39 tahun. Entah siapa inisiatornya, ada pula terminologi generasi stroberi. Meski tidak pasti batasan usianya, generasi stroberi merujuk pada kaum muda. Beberapa pendapat menggolongkan mereka lahir sekitar tahun 1980-2000. Generasi stroberi dinarasikan sebagai segmen populasi yang kaya ide dan kreativitas. Namun sebaliknya mereka rawan goyah, bila mengalami tekanan hidup. Kegagalannya beradaptasi, berisiko memantik rasa cemas, sedih, stres, dan bahkan pikiran ingin mengakhiri hidup. 

Mencermati data Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAHMS) tahun 2022, sungguh memprihatinkan. Sekitar 34,9 persen (satu dari tiga) remaja Indonesia, mengalami gangguan kesehatan mental. Manifestasinya berupa kecemasan, depresi, kekacauan perilaku, dan stres pasca trauma (SPT). Prevalensi depresi pada gen Z, mencapai dua persen pada tahun 2023.  

Kelompok populasi seusia gen Z, Milenial, ataupun generasi muda, merupakan puncak insiden penyakit lupus. Berdasarkan data epidemiologi, mayoritas penyakit lupus terjadi pada usia 21-30 tahun. Relevansi antara penyakit “seribu wajah” itu dengan stres pada segmen usia tertentu, sangat erat. Terutama pada perempuan.

  Lupus eritematosus sistemis (LES) atau penyakit lupus, terjadi akibat disfungsi imunitas tubuh. Dalam kondisi normal, sistem imun bagaikan benteng kokoh yang mampu memproteksi tubuh terhadap invasi mikroba. Akibat induksi-interaksi berbagai faktor, terjadi perubahan perangai sistem imun. Semula sebagai pelindung, kini sebaliknya justru menyerang sel-sel/jaringan tubuh sendiri. Dampaknya terjadi peradangan kronis dan kerusakan berbagai jaringan. Gejalanya berfluktuasi, antara fase remisi (tenang/tanpa gejala) dan kambuhnya penyakit. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi, bersifat individual, mulai dari yang ringan hingga berat. Tidak jarang menimbulkan fatalitas yang mengancam jiwa. Pada tahap dini, tidak mudah untuk mendeteksinya. Sebab gejalanya bisa menyerupai hampir semua penyakit. Karena itulah lupus sering disebut sebagai “peniru ulung” atau “penyakit seribu wajah”. Kasus “khas” lupus, dapat dikenali melalui gambaran ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu pada wajah penyandangnya. 

Selain faktor genetik, lupus dipicu oleh kondisi lingkungan (stres, paparan sinar matahari, virus), dan status hormon. 

Hormon seks

Sejak janin dalam kandungan, hormon seks berperan mengendalikan jenis kelamin seseorang. Selanjutnya sangat memengaruhi faal tubuh, sejak lahir hingga lansia. Misalnya pada aspek seksual. Peranannya mulai dari perkembangan fisik, gairah, hingga perilaku seksual. Kontribusinya amat dominan pada proses pubertas, karakterisasi seks sekunder, dan fungsi reproduksi. Fase pubertas pada perempuan terutama dipengaruhi estrogen, sedangkan testosteron pada laki-laki. Kedua hormon itu, juga berperan penting pada respons imun dan mekanisme autoimunitas. Berbagai fakta mendukung relasinya. (1). Rasio lupus pada perempuan jauh lebih tinggi dibanding pria (8:1 hingga 15:1). (2). Puncak aktivitas penyakit terjadi pada usia reproduksi dan pemburukan gejala timbul saat menstruasi atau kehamilan. (3). Penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen atau terapi pengganti hormon, berisiko memantik kambuhnya penyakit. (4). Saat memasuki fase menopause, mayoritas gejala lupus akan mereda dengan sendirinya. 

Stres

Stres adalah respons normal tubuh terhadap suatu tantangan. Namun bila berlangsung kronis, berefek memicu pelepasan hormon stres, mengacaukan sistem imun, dan menginduksi peradangan. Antara stres dan lupus, bagaikan lingkaran setan. Berdasarkan riset, individu dengan stres dan SPT, memiliki risiko beberapa kali lipat mengalami lupus. Sebaliknya, “hidup damai berdampingan dengan lupus” tidak mudah dijalankan. Pasalnya penyandang lupus sering mengalami keterbatasan, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi dibanding orang sehat. Tidak jarang, efek samping pengobatan jangka panjang berisiko memicu stres. 

Penyebab stres pada gen Z dan Milenial sangat beragam. Berdasar Survei The Deloitte Global 2024, penyebabnya antara lain: masalah ekonomi, karier, pendidikan, tekanan sosial, hingga dampak teknologi dan media sosial. 

Mengendalikan stres

Hidup merupakan tantangan dinamis di tengah banyak ketidakpastian. Karenanya, kemampuan beradaptasi merupakan hal yang penting. Mestinya setiap individu memiliki kendali terhadap diri sendiri, dalam merespons situasi eksternal. Seyogianya juga mampu menjaga ketenangan dalam menghadapi peristiwa tak terduga. Stres terpicu akibat ketidakmampuan mengendalikan tantangan hidup, atau terhadap sesuatu yang tidak bisa diubah. Untuk menekan risiko stres, sebaiknya hanya fokus pada hal-hal yang mampu dikendalikan. Dapat menerima keadaan dengan ikhlas dan tidak membiarkan pikiran negatif, merupakan kecerdasan yang perlu dilatih. Memiliki gagasan positif dan selalu bersyukur atas apa yang telah dimiliki, dapat menekan kegelisahan dan kecemasan. Tidak berprasangka buruk dan berupaya bersikap lebih rasional, dapat menekan terjadinya stres. Stres selayaknya harus dianggap sebagai sinyal pelajaran hidup yang berharga. 

Lupus merepresentasikan suatu penyakit dengan latar belakang yang kompleks. Selayaknya diperlukan manajemen yang kolaboratif antara komunitas, yayasan, organisasi, dan para pemangku kepentingan. 

—–o—–

*Penulis:

  • Staf pengajar senior di Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
  • Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (IKESOR) Unair
  • Penulis buku:
    – Serial Kajian COVID-19 (tiga seri)
    – Serba-serbi Obrolan Medis
    – Catatan Harian Seorang Dokter
Share This :

Ditempatkan di bawah: nusantara, update Ditag dengan:penyakit, Relasi, Seribu Wajah, Stres

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Timnas Indonesia Siap Tampilkan Permainan Terbaik Hadapi Jepang di Kualifikasi Piala Dunia

10 Juni 2025 By admin

Pendidikan Dasar Gratis Kemungkinan Diterapkan Mulai Tahun Ajaran 2026

10 Juni 2025 By admin

Rizky Ridho Alami Cedera Jelang Laga Kontra Jepang

10 Juni 2025 By admin

Tottenham Hotspur Segera Tunjuk Thomas Frank sebagai Pelatih Baru

10 Juni 2025 By admin

Saat Al-Qur’an Tak Lagi Bersemayam di Hati

9 Juni 2025 By admin

Timwas DPR Soroti Kemenag yang Dinilai Gagal Antisipasi Pelaksanaan Haji

9 Juni 2025 By admin

Los Angeles Rusuh, Pihak Kepolisian Sebut Malam Bisa Jadi Berat

9 Juni 2025 By admin

Ketika Fashion Jadi Candu Konsumtif, Lemari Penuh Lingkungan Terancam

9 Juni 2025 By admin

Luciano Spalletti Akan Jalani Laga Terakhir Bersama Italia Kontra Moldova

9 Juni 2025 By admin

Puncak Kepadatan Masjidil Haram, Jamaah Diminta Tetap di Hotel Usai dari Mina

9 Juni 2025 By admin

Prancis Amankan Posisi Ketiga UEFA Nations League Usai Kalahkan Jerman 2-0

9 Juni 2025 By admin

Mengapa Anak Miskin Sulit Naik Kelas Ekonomi? Studi ADB Ungkap Akar Masalahnya

8 Juni 2025 By admin

Inter Milan Resmi Rekrut Luis Henrique dari Marseille

8 Juni 2025 By admin

Ironi Pendidikan Tinggi: Mengapa Sarjana Justru Lebih Banyak Menganggur?

8 Juni 2025 By admin

Gema Terakhir Tabura, Nyawa Peradaban yang Memudar dari Kampung Manior

8 Juni 2025 By admin

Jiwa-jiwa Kosong, Saat Algoritma Mengasuh dan Menyuapi Generasi Muda

8 Juni 2025 By admin

Carut-Marut Penyelenggaraan Haji 2025, Komisi VIII DPR Desak Perbaikan Menyeluruh

7 Juni 2025 By admin

Satu dari Tiga Remaja Indonesia Alami Mental Health, Mengapa dan Apa Solusinya?

7 Juni 2025 By admin

Tantangan Hoax, Sukses Uji Klinis Vaksin Tuberkulosis

7 Juni 2025 By admin

Tips Jaga Kolesterol Tetap Stabil saat Idul Adha, Simak Imbauan Dokter

7 Juni 2025 By admin

Idul Adha Suram di India, Otoritas Maharashtra Tutup Pasar Hewan

7 Juni 2025 By admin

Ustadz Yahya Waloni Wafat Saat Khutbah Jumat, MUI Sampaikan Belasungkawa

7 Juni 2025 By isa

Inter Milan Segera Umumkan Cristian Chivu sebagai Pelatih Baru Gantikan Inzaghi

7 Juni 2025 By admin

Guru Besar FKKMK UGM Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Kenaikan Kasus COVID-19

6 Juni 2025 By admin

Ketua Umum PP Muhammadiyah: Kurban Momentum Bebaskan Diri dari Ketamakan Duniawi

6 Juni 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Juni 2025
S S R K J S M
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  
« Mei    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • “Sunset Gala Reverie”, Ketika Kain Endek Bali Menyapa Dunia
  • Mengenal Musik Jazz Lebih dari Sekadar Jejak Sejarah, Sebuah Nafas Kebebasan
  • Arab Saudi Batal Kurangi Kuota Haji Indonesia
  • Transparansi dan Integritas Jadi Fokus Utama Reformasi Tata Kelola Haji
  • Menag Nasaruddin Umar Mohon Maaf atas Masalah Penyelenggaraan Haji

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.