• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Anemia dan Stunting, Tantangan Besar Bonus Demografi

12 September 2023 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi bonus demografi. Foto: Kemenko PMK

Oleh : Ari Baskoro*

Indonesia digadang-gadang akan menyongsong bonus demografi. Puncaknya akan terjadi  tahun 2030, bahkan hingga tahun 2035. Di saat menjelang Pemilu 2024, isu bonus demografi  semakin mengemuka dan menjadi perhatian penting. Banyak ahli berpendapat, bonus demografi akan mendatangkan berkah. Itu merupakan suatu “peluang emas” bagi suatu negara, dalam meningkatkan status sosial dan ekonomi masyarakatnya.Tetapi apabila gagal memanfaatkannya, peluang itu tidak hanya sirna, tetapi sebaliknyajustru berpotensi menjadi beban negara. Pasalnya dalam sejarah peradaban suatu bangsa,  bonus demografi hanya akan dialami satu kali kesempatan saja.

Bonus demografi merujuk pada suatu makna, yaitu ketika jumlah masyarakat usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak bila dibandingkan dengan nonproduktif. Sebelum usia  15 tahun dan setelah 64 tahun, dikategorikan dalam fase nonproduktif. Penduduk Indonesia hingga Juni 2022, mencapai 275,36 juta jiwa. Sebanyak 69,3 persen dari jumlah tersebut, tergolong dalam usia produktif. Sisanya sebesar 30,7 persen penduduk, termasuk dalam kategori nonproduktif.

Sebagai bahan komparasi, kita perlu berkaca pada capaian Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan Tiongkok. Ketiga negara Asia itu, disebut-sebut telah sukses membawa negaranya memanfaatkan peluang emas bonus demografi. Tiongkok mampu menaikkan pendapatan per kapitanya hingga 16 kali lipat, saat periode tersebut berlangsung sejak 1997 sampai 2021. Di sisi lain , Korsel mengawali bonus demografi pada tahun 1987. Hanya dalam tempo sembilan tahun, Negeri Ginseng itu mampu meningkatkan statusnya sebagai negara berpendapatan tinggi. Kenaikan pendapatan per kapitanya saat itu, telah berlipat hingga 3,8 kali.

Tidak semua negara mengalami cerita sukses bonus demografi. Afrika Selatan dan Brasil, merupakan contoh negara yang gagal memanfaatkan peluang emas tersebut.Kedua negara itu,dinilai tidak mampu mencetak sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, saat memasuki usia produktif. Dampaknya justru memunculkan resesi ekonomi. Untuk pencapaian SDM yang berkualitas dalam menghadapi tantangan bonus demografi,diperlukan persiapan yang matang. Kendala yang layak diperhitungkan, antara lain adalah faktor kesehatan pada masyarakat usia produktif. Persoalan anemia dan stunting (tengkes), diprediksi masih akan menjadi sekala prioritas pengelolaan utama.

Anemia

Anemia merupakan masalah medis yang sering dijumpai di seluruh dunia. Terutama terjadi di negara-negara berkembang. Persoalan kesehatan masyarakat yang dominan tersebut, bisa  memicu timbulnya chronicdebility. Dampaknya dapat mengganggu tercapainya kesejahteraan sosial, kesehatan fisik dan ekonomi. Meski prevalensinya tergolong tinggi, sering kali anemia tidak mendapatkan perhatian ataupun penanganan yang serius. Khususnya yang berkategori anemia ringan.

Secara fungsional anemia merujuk pada suatu makna terjadinya penurunan jumlah massa eritrosit (sel darah merah). Akibatnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh membawa pasokan oksigen ke seluruh jaringan yang memerlukannya. Termasuk pada jaringan otak yang bertindak layaknya komputer dalam mengatur kecerdasan seseorang. Kecerdasan yang optimal akan mampu menuju pada cara berpikir, bertindak dan menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan sesuai target/harapan.

Anemia bisa merupakan salah satu dari gejala berbagai macam penyakit, sebagai latar belakang penyebabnya.Anemia akibat defisiensi zat besi (ADB), merupakan penyebab utamanya. Zat besi merupakan bahan baku utama produksi eritrosit. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, sebanyak 32 persen remaja di Indonesia mengalami anemia. Masa remaja merupakan salah satu periode terjadinya percepatan pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh. Dampak buruk anemia gizi tersebut, mengakibatkan gangguan pada tercapainya fungsi kognitif yang optimal, serta konsentrasi belajar. Mereka juga menjadi lebih rentan terhadap paparan penyakit infeksi, karena dampak imunitasnya yang tertekan. Khususnya pada remaja putri yang mengalami kehamilan, risiko melahirkan bayi prematur atau bayi dengan berat badan lahir rendah, akan semakin meningkat pula. Masa depan bayi-bayi tersebut dihadapkan pada risiko stunting yang akan berdampak besar terhadap kemampuan kognitifnya.

Stunting

 Upaya penurunan angka stunting, masih akan menjadi isu kesehatan utama di tanah air.Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),stuntingadalah gangguan tumbuh kembang akibat gizi buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Secara praktisnya, kondisi memprihatinkan tersebut ditandai dengan tinggi badan di bawah standar anak-anak seusianya. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6 persen pada tahun 2022. Angka ini masih di atas standar WHO yang mematok angka kurang dari 20 persen. Di kawasan Asia Tenggara, prevalensi stunting negara kita menduduki peringkat kedua terburuk, di bawah Timor Leste.

Terjadinya stunting sejatinya diawali oleh seorang anak sejak dalam kandungan. Meski demikian, manifestasi klinisnya baru terlihat jelas, ketika mereka berusia sekitar dua tahun. Fenomena tersebut, banyak berkaitan dengan kemiskinan, kondisi lingkungan yang tidak sehat, serta malnutrisi pada ibu. Faktor pendidikan dan pengetahuan seorang ibu terhadap cara-cara pemberian makanan dan perawatan bayi, juga sangat memengaruhi.

Seribu hari pertama kehidupan , merupakan “waktu emas” bagi perkembangan yang sangat cepat dari sel-sel otak. Bila periode penting ini tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, dapat menimbulkan akibat negatif yang sifatnya permanen pada tumbuh kembang seorang balita. Selain rendahnya kapasitas kognitif, anak-anak ini nantinya berpotensi menimbulkan beban sosial dan ekonomi bagi keluarganya. Mereka berisiko mengalami gangguan aktivitas dalam pembelajaran di sekolahnya. Hal itu akan berdampak buruk pada kapasitasnya bersaing dalam mencapai produktivitasnya dalam dunia kerja. Dari sisi kesehatan, mereka nantinya juga lebih berisiko mengalami paparan berbagai macam penyakit dan terjadinya kematian dini. Contohnya adalah akibat hipertensi, penyakit kardiovaskuler, sindrom metabolik, dan stroke. Dalam beberapa riset, terhambatnya pertumbuhan ini nantinya dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Fenomena inilah yang dikenal sebagai “siklus malnutrisi antar generasi”.

Pada level kehidupan sosial-ekonomi di masyarakat, individu yang mengalami stunting sering kali tidak mampu berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu, masalah stunting dapat menghambat pembangunan ekonomi dan produktivitas. Menurut Bank Dunia (2016), diperkirakan kerugian ekonominya bisa mencapai hingga tiga persen produk domestik bruto (PDB)suatu negara. Bila dinominalkan, potensi kerugiannya di negara kita, dapat mencapai 260 hingga 390 triliun rupiah per tahun.

 Bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Bila potensinya dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara tepat, akan dapat membawa pada kemakmuran. Tetapi sebaliknya  bila gagal, justru dapat memantik beban kerugian bagi pembangunan ekonomi-sosial masyarakat dan negara.

—–o—–

*Penulis :

  • Staf pengajar senior di: Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
  • Penulis buku: Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri) dan Serba-serbi Obrolan Medis
Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, nusantara, Tips, wawasan Ditag dengan:Anemia, Anemia dan Stunting, Ari Baskoro Sppd, stunting, Tantangan Besar Bonus Demografi

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Wali Kota Eri Gandeng IKA ITS untuk Audit Struktur Bangunan Ponpes, Cegah Tragedi Serupa

15 Oktober 2025 By admin

Lansia, Genetika, dan Makan Bergizi Gratis

15 Oktober 2025 By admin

Menkeu: Saat Ini Momentum Tepat bagi Masyarakat untuk Memiliki Rumah

15 Oktober 2025 By admin

Ketika Sehat Tak Bisa Dibeli, Sebuah Renungan dari Lorong Rumah Sakit

14 Oktober 2025 By admin

Pemkot Surabaya Kembangkan SITALAS untuk Perkuat Kebijakan Responsif Anak

14 Oktober 2025 By admin

Kemkomdigi Tegur X karena Tak Bayar Denda Pornografi

14 Oktober 2025 By admin

PSSI Tunggu Erick Thohir Bahas Nasib Kluivert Setelah Gagal ke Piala Dunia 2026

14 Oktober 2025 By admin

Trump Tegaskan Tidak Akan Biarkan Israel Langgar Gencatan Senjata di Gaza

12 Oktober 2025 By admin

Dikalahkan Irak 0-1, Indonesia Gagal Lolos ke Piala Dunia 2026

12 Oktober 2025 By admin

Aktivis Serukan Larangan Israel di Dunia Sepak Bola Meski Gencatan Senjata Diberlakukan di Gaza

12 Oktober 2025 By admin

Jelang Laga Hidup Mati, Timnas Indonesia Siap Hadapi Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026

11 Oktober 2025 By admin

Jay Idzes Tegaskan Perjuangan Timnas Indonesia Menuju Piala Dunia 2026 Belum Usai

11 Oktober 2025 By admin

Kimmich Antar Jerman Bungkam Luksemburg 4-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2026

11 Oktober 2025 By admin

Jack Osbourne Menangis Mengenang Dampak Operasi Tulang Belakang Sang Ayah

11 Oktober 2025 By admin

Studi: Asupan Omega-3 Dapat Melindungi Perempuan dari Risiko Alzheimer

11 Oktober 2025 By admin

Energi Tuan di Negeri Sendiri: Jalan Menuju Swasembada dari Hulu ke Hilir

10 Oktober 2025 By admin

Aktor Peraih Oscar Javier Bardem Sebut Tentara Israel Berlaku Seperti Nazi

10 Oktober 2025 By admin

Pakar PBB Desak Israel Dihukum atas Pelanggaran Hukum Internasional

10 Oktober 2025 By admin

Infantino Serukan Keterbukaan Global dalam Penentuan Jadwal Piala Dunia

10 Oktober 2025 By admin

Jazz dan Blues: Dua Saudara dalam Dunia Musik

10 Oktober 2025 By admin

Axl Rose Kibarkan Bendera Palestina Saat Konser Guns N’ Roses di Bogota

9 Oktober 2025 By admin

Trump Umumkan Israel dan Hamas Setujui Tahap Pertama Rencana Gencatan Senjata di Gaza

9 Oktober 2025 By admin

Kualifikasi Piala Dunia 2026, Arab Saudi Taklukkan Indonesia 3-2

9 Oktober 2025 By admin

KPK Temukan Fakta Baru: Biro Travel Tak Berizin Bisa Dapat Kuota Haji Khusus

8 Oktober 2025 By admin

Timnas Indonesia Asah Eksekusi Bola Mati Jelang Hadapi Arab Saudi

8 Oktober 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Oktober 2025
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Puluhan Ribu Warga Diprediksi Padati Santri Land Festival 2025 di Tangerang Selatan
  • Ponpes Al Khoziny Hormati Proses Hukum Kasus Ambruknya Mushala
  • Flick Bantah Isu Perpecahan Internal di Barcelona Terkait Lamine Yamal
  • Mendikdasmen: Coding dan AI Akan Jadi Mata Pelajaran Wajib di Sekolah
  • BGN Perketat SOP di SPPG untuk Capai Nol Insiden Keamanan Pangan Program MBG

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.