• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Bumi yang “Sakit”, Picu Perubahan Pola Penyakit

11 Oktober 2023 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi musim kemarau panjang. Foto: newscientist.com
Oleh : Ari Baskoro*

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan fenomena cuaca panas terik di sejumlah wilayah Indonesia, dapat berlangsung sampai Oktober 2023. Peralihan musim, bahkan baru bisa terjadi hingga November 2023. Ada sejumlah faktor utama penyebab udara panas tersebut, yakni musim kemarau, posisi semu matahari yang bergerak ke selatan ekuator, hingga faktor alam lainnya. Kondisi kemarau panjang yang memicu panas ekstrem, menjadi salah satu latar belakang terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang berakibat timbulnya bencana kabut asap. Itu merupakan rangkaian akibat fenomena El Nino, sehingga sebagian besar wilayah Indonesia mengalami kekeringan yang lebih dari biasanya. Di sisi lain, dampak buruk dari penurunan kualitas udara di beberapa daerah, memantik risiko terjadinya peningkatan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Hippocrates (460 SM-370 SM) yang dijuluki sebagai “Bapak Kedokteran”, sekitar dua ribu tahun yang lalu,bahkan sudah bisa memprediksi timbulnya dampak penyakit akibat perubahan musim. Risalahnya yang terkenal, yaitu “Airs, Waters, Places”, menggambarkan bagaimana peran perubahan musim (khususnya terkait paparan sinar matahari, tanah, daerah dengan ketinggian tertentu, aspek geografi, dan iklim), berpengaruh pada tingkat kesehatan masyarakat. Pemikirannya yang bisa disebut “outofthebox” pada masa itu, ternyata menjadi perhatian penting para ilmuwan pada akhir abad ke-20.Banyak riset yang akhirnya mengaitkan pengaruh lingkungan hidup, perubahan iklim dan cuaca pada saat tertentu, dapat memicu timbulnya penyakit infeksi dan beberapa gangguan kesehatan lainnya.

Penyakit infeksi menular

Penyakit infeksi menular yang mengakibatkan gangguan fisiologis atau kematian suatu makhluk hidup, hanya bisa timbul atas adanya tiga faktor penting yang muncul secara bersamaan. Ketiga faktor tersebut adalah patogen yang berbahaya, inang yang rentan (misalnya lansia,anak-anak, dan penyandang ko-morbid) dan situasi lingkungan  yang mendorong  interaksi antara kedua faktor itu. Gangguan ekologi (Karhutla, badai angin, wabah serangga yang meluas), secara drastis akan berdampak pada komposisi suatu komunitas, struktur vegetasi, pola lanskap, dan iklim lokal/regional. Efeknya bisa menimbulkan kejadian buruk dalam jangka panjang. Misalnya munculnya patogen yang berbahaya (emerging infectious diseases/EIDs), semacam HIV, SARS/COVID-19, Eschericia coli/E.coli, Hantavirus, virus dengue, virus West Nile, virus Zika dan virus Nipah. Berbagai macam patogen berbahaya itu ada kalanya “tidur”, tetapi bila situasi lingkungan berubah yang sesuai/cocok dengan kehidupannya, patogen tersebut dapat “bangkit” (reemerging) dan bahkan “berlari”. Situasi ini berpotensi menimbulkan wabah.

Polusi udara di beberapa daerah di Indonesia yang terjadi saat ini, merupakan situasi yang memudahkan patogen tertentu, menjadi aktif untuk “bangkit dan berlari”. Polutan merupakan pemicu terjadinya mekanisme inflamasi/peradangan pada saluran napas. Paparan tersebut mampu memodulasi komponen sistem imun, sehingga mengekspresikan suatu molekul yang sangat sesuai bagi “pintu masuknya” patogen tertentu (contohnya respiratory syncitial virus/RSV, virus influenza).Itu merupakan beberapa contoh mikroba sebagai penyebab ISPA.

Wabah virus Nipah

Salah satu dampak  “bumi yang sakit” yang disebabkan berbagai kerusakan lingkungan hidup manusia, adalah munculnya kembali (reemerging) wabah virus Nipah. Meski dinyatakan belum terbukti memasuki wilayah Indonesia oleh kementerian kesehatan (Kemenkes), banyak pihak yang memperingatkan agar negara kita harus lebih waspada. Saat ini India (khususnya daerah Kerala), untuk keempat kalinya dilanda wabah penyakit mematikan tersebut. Penyakit itu sebelumnya pernah menimbulkan wabah di seputar kawasan Asia Selatan dan Tenggara. Negara-negara tetangga kita seperti Malaysia dan Singapura, pernah disatroninya. Filipina dan Bangladesh juga pernah merasakan dampak buruknya.Untuk pertama kalinya, penyakit yang belum ditemukan obatnya ini, mewabah di Malaysia tahun 1998. Nama Nipah disematkan untuk “mengenang” sungai Nipah di Malaysia, sebagai tempat awal dideteksinya virus tersebut. Sejatinya virus Nipah ditularkan ke manusia melalui hewan tertentu (penyakit zoonosis), yakni kelelawar buah (Pteropus Bats) atau hewan ternak, seperti babi. Bisa juga melalui makanan yang terkontaminasi, atau terjadi penularan antar manusia. Di Bangladesh dan India, penularan timbul akibat konsumsi buah-buahan yang telah terkontaminasi urine atau air liur kelelawar yang telah terinfeksi virus tersebut. Infeksi pada manusia, bisa berkisar tanpa gejala hingga ISPA (ringan-berat) dan radang jaringan otak yang bisa berakibat fatal. Tingkat kematiannya bisa mencapai 40 hingga 75 persen.

Rusaknya habitat kehidupan hewan liar seperti kelelawar buah, akibat Karhutlaataupun penggundulan hutan, memantik peningkatan risiko kontak hewan liar tersebut dengan hewan ternak dan manusia. Kelelawar buah akan mencari ekosistem kehidupan baru pada area perkebunan warga atau tempat-tempat yang berdekatan dengan kehidupan manusia dan peternakan.

Populasi kelelawar buah paling banyak didapatkan pada areadengan iklim hutan tropis. Daerah tersebut memiliki karakter ekosistem yang memiliki temperatur sekitar 18 derajat Celsius secara konstan, dan disertai dengan hujan yang berintensitas tinggi. Kelelawar buah memiliki cara pengaturan suhu tubuhnya, mengikuti suhu lingkungan di mana hewan liar itu berada (poikilotherms). Bila temperatur lingkungan berada di atas 30 derajat Celsius, hewan tersebut dapat melakukan adaptasi dengan cara menurunkan laju metabolismenya, seolah mengalami “mati suri”. Secara biologi, hal itu bertujuan mengatasi persoalan stres yang dipicu panas (heatstress). Bila suhu lingkungan mencapai di atas 42 derajat Celsius, akan memicu kematiannya. Bila mengalami stres, kelelawar mampu “menyimpan”berbagai macam virus, termasuk virus Nipah ataupun SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19). Urine dan air  liurnya, mampu mengeluarkan virus dalam jumlah besar yang mampu menulari hewan ternak, seperti babi dan kuda.

Dari perspektif epidemiologi, siklus El Nino selalu membawa dampak perubahan iklim yang secara domino berisiko pada peningkatan kasus/wabah penyakit Nipah. Kejadian itu  bisa meluas, meliputi daerah-daerah baru yang sebelumnya belum pernah terkena dampak wabah.

Bumi yang “terganggu”, secara alamiah akan selalu merespons mengikuti hukum alamdalam bentuk homeostasis/keseimbangan baru. Diperlukan pemikiran yang “outofthebox” seperti Hippocratesbagi pemimpin negeri ini, untuk mengatasi persoalan memburuknya kualitas lingkungan hidup manusia yang bisa berujung pada munculnya wabah penyakit.

—–o—–

*Penulis:

Staf pengajar senior di:

  • Divisi Alergi-Imunologi Klinik – Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo
  • Prodi Magister IKESOR (Ilmu Kesehatan Olah Raga) Unair – Surabay

Penulis buku:

  • Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)
  • Serba-serbi Obrolan Medis
Share This :

Ditempatkan di bawah: jatim, Kesehatan, nusantara, Tips, update, wawasan Ditag dengan:Ari Baskoro Sppd, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Bumi yang “Sakit”, Picu Perubahan Pola Penyakit, Pola Penyakit

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Jazz dan Blues: Dua Saudara dalam Dunia Musik

10 Oktober 2025 By admin

Axl Rose Kibarkan Bendera Palestina Saat Konser Guns N’ Roses di Bogota

9 Oktober 2025 By admin

Trump Umumkan Israel dan Hamas Setujui Tahap Pertama Rencana Gencatan Senjata di Gaza

9 Oktober 2025 By admin

Kualifikasi Piala Dunia 2026, Arab Saudi Taklukkan Indonesia 3-2

9 Oktober 2025 By admin

KPK Temukan Fakta Baru: Biro Travel Tak Berizin Bisa Dapat Kuota Haji Khusus

8 Oktober 2025 By admin

Timnas Indonesia Asah Eksekusi Bola Mati Jelang Hadapi Arab Saudi

8 Oktober 2025 By admin

Pertamina Imbau Masyarakat Tak Terpengaruh Isu Negatif Soal Etanol pada BBM

8 Oktober 2025 By admin

Kluivert: Timnas Indonesia Siap Tarung Habis-habisan Demi Tiket Piala Dunia 2026

7 Oktober 2025 By admin

Kementerian PUPR Siap Bangun Ulang Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo

7 Oktober 2025 By admin

Arsenal Geser Liverpool dari Puncak Klasemen Liga Inggris

6 Oktober 2025 By admin

Delegasi Hamas Tiba di Mesir untuk Bahas Rencana Gencatan Senjata Gaza

6 Oktober 2025 By admin

Menjaga Harmoni Laut: Kisah Nelayan Bajo Berburu Gurita dengan Panah Tradisional di Wakatobi

6 Oktober 2025 By admin

Negosiator Menuju Kairo Bahas Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera di Gaza

5 Oktober 2025 By admin

Basarnas Temukan Lagi 13 Jenazah Korban Reruntuhan Mushalla Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo

5 Oktober 2025 By admin

Titi Kamal: Teror Santet Getih Ireng, Film Horor Terbaru yang Siap Guncang Bioskop

5 Oktober 2025 By admin

BMKG Prediksi Hujan Ringan Warnai Balapan Utama MotoGP Mandalika 2025

5 Oktober 2025 By admin

5 Makanan dengan Kandungan Magnesium Lebih Tinggi dari Almond

4 Oktober 2025 By admin

Ruben Amorim Bantah Taktik Jadi Biang Keterpurukan Manchester United

4 Oktober 2025 By admin

TikTok Tanggapi Pembekuan Sementara Izin PSE oleh Kemkomdigi

4 Oktober 2025 By admin

Jeda BRI Super League, Eliano Reijnders Antusias Bela Timnas Indonesia

3 Oktober 2025 By admin

Emas untuk Kehidupan: Dari Perut Bumi Martabe, Tumbuh Harapan Anak Negeri

3 Oktober 2025 By admin

Kenapa Puasa Sunnah di Hari Jumat Makruh?

3 Oktober 2025 By admin

Mau Dibawa ke Mana Program Makan Bergizi Gratis?

3 Oktober 2025 By admin

Janet Jackson dan Paris Jackson Reuni dan Tampil Bersama di Paris Fashion Week

3 Oktober 2025 By admin

4 Kebiasaan di Dapur yang Dapat Membuat Anda Sakit

3 Oktober 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Oktober 2025
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Trump Tegaskan Tidak Akan Biarkan Israel Langgar Gencatan Senjata di Gaza
  • Dikalahkan Irak 0-1, Indonesia Gagal Lolos ke Piala Dunia 2026
  • Aktivis Serukan Larangan Israel di Dunia Sepak Bola Meski Gencatan Senjata Diberlakukan di Gaza
  • Jelang Laga Hidup Mati, Timnas Indonesia Siap Hadapi Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026
  • Jay Idzes Tegaskan Perjuangan Timnas Indonesia Menuju Piala Dunia 2026 Belum Usai

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.