
Surabaya (Trigger.id) — Serangan rudal yang dilancarkan Iran ke wilayah Israel pada Senin (16/6) waktu setempat memicu gelombang reaksi dari warganet Arab dan Palestina. Media sosial dipenuhi dengan video dan foto ribuan warga Israel yang berlarian menuju tempat-tempat perlindungan di Tel Aviv dan Haifa setelah rudal-rudal Iran menghantam kawasan tersebut.
Serangan fajar tersebut menewaskan sedikitnya delapan warga Israel dan melukai lebih dari seratus lainnya. Beberapa rudal dilaporkan berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, dan menghantam sejumlah lokasi strategis di dua kota besar tersebut.
Fenomena ini memicu respons luas di media sosial, terutama dari komunitas Arab dan Palestina yang selama ini menjadi saksi penderitaan berkepanjangan di Jalur Gaza. Banyak warganet membandingkan kepanikan warga Israel dengan trauma yang setiap hari dirasakan warga Gaza akibat agresi Israel selama lebih dari 20 bulan terakhir.
“Bagaimana mereka bisa membayangkan tidur yang tenang saat warga Gaza setiap malam dihantui ledakan? Anak-anak di Gaza panik di bawah reruntuhan rumah, dan sekarang giliran mereka (Israel) merasakan kecemasan yang sama,” tulis seorang pengguna media sosial.
Beberapa aktivis menilai bahwa penderitaan yang kini dirasakan warga Israel belum sebanding dengan tragedi di Gaza. Di sana, masyarakat hidup dalam kondisi pengungsian massal, tanpa tempat berlindung yang aman, sambil terus mempertahankan tanah air mereka dari serangan yang tiada henti.
Salah satu aktivis menyebut malam tersebut sebagai “malam sukacita bagi Gaza”. Ia menggambarkan perasaan anak-anak Palestina yang telah lama menyaksikan roket-roket Israel jatuh dari langit, dan kini mereka menyaksikan hal yang serupa terjadi pada pihak yang selama ini menyerang mereka.
Selain itu, beredar klaim bahwa sebagian serangan yang dikabarkan Iran ternyata merupakan alarm palsu. Hal ini diyakini sebagai strategi Teheran untuk menguji atau melacak kelemahan dalam sistem pertahanan Israel. Akibatnya, ribuan warga Israel dievakuasi ke tempat perlindungan — sebuah tindakan yang dinilai memperlihatkan lemahnya pertahanan sipil Israel, terutama di Tel Aviv, kota yang digambarkan sebagai simbol kemajuan teknologi.
“Warga Israel terpaksa berlindung di stasiun kereta dan terowongan metro, hal yang jauh dari citra negara modern yang ingin ditampilkan Israel ke dunia luar,” ujar salah satu pengguna Twitter. Bahkan, salah satu komentar menyebut Israel sebagai “kaleng sarden tempat orang Yahudi terperangkap, dan harus hidup selamanya di dalam terowongan dan tempat perlindungan.”
Reaksi ini mencerminkan bagaimana eskalasi konflik Israel-Iran telah memicu resonansi emosional yang dalam di kalangan masyarakat Arab, terutama mereka yang telah lama menyaksikan dampak langsung dari konflik di Gaza. Kini, menurut mereka, rasa takut yang selama ini hanya dirasakan satu pihak, untuk pertama kalinya juga menghampiri pihak lain. (bin)
Sumber: Berbagai
Tinggalkan Balasan