
Washington DC (Trigger.id) – Serangkaian pernyataan mengejutkan dari mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mencuat di tengah memanasnya konflik antara Israel dan Iran. Melalui unggahan di media sosial pada Selasa (17/6), Trump menyampaikan sejumlah pernyataan provokatif yang bertolak belakang dengan sikap resmi beberapa pejabat AS, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, yang sebelumnya menegaskan bahwa AS tidak terlibat langsung dalam serangan Israel ke Iran.
Trump menyatakan bahwa AS kini memiliki “kendali penuh dan absolut atas langit Iran” dan menambahkan bahwa sistem pertahanan udara Iran tak sebanding dengan teknologi militer Amerika Serikat. Ia juga mengklaim mengetahui lokasi persembunyian Pemimpin Tertinggi Iran dan menyebutnya sebagai “target mudah”, meski tidak akan mengambil tindakan pembunuhan—setidaknya untuk saat ini. Dalam pesan ketiganya, Trump bahkan menulis, “MENYERAH TANPA SYARAT!”
Pernyataan ini menimbulkan spekulasi mengenai arah kebijakan yang akan diambil Trump jika ia kembali menjabat. Berdasarkan kondisi saat ini, berikut adalah tiga opsi yang mungkin dipertimbangkannya:
1. Menuruti Tekanan Netanyahu dan Melancarkan Serangan ke Iran
Sejak Israel meluncurkan serangan ke Teheran pada Jumat (13/6), Trump mengeluarkan ancaman bahwa balasan dari pihaknya bisa lebih brutal. Meski ia menyatakan ingin mencapai kesepakatan damai dengan Iran dan menampilkan diri sebagai “pembuat kesepakatan kelas dunia”, Trump juga dikenal kerap mengubah sikap secara tiba-tiba. Pendekatan ini disebut sebagai teori orang gila, yakni strategi negosiasi yang menggunakan ketidakpastian dan ancaman ekstrem untuk memaksa lawan tunduk—konsep yang juga pernah digunakan Presiden Nixon pada era Perang Dingin.
Dorongan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar AS mengambil tindakan militer kemungkinan turut memengaruhi kalkulasi Trump. Bagi Trump, menunjukkan sikap keras terhadap Iran bisa memperkuat citra kepemimpinannya, sekaligus membuka jalan menuju potensi kesepakatan baru yang lebih menguntungkan AS.
2. Tidak Ikut Menyerang Iran secara Langsung
Meski penuh ancaman, Trump sebelumnya menegaskan bahwa AS tidak terlibat dalam serangan Israel. Ini menunjukkan kemungkinan lain: menjaga posisi netral sambil tetap memberikan dukungan tidak langsung kepada Israel melalui sistem pertahanan dan logistik. Langkah ini memungkinkan Trump menjaga citra diplomatiknya sekaligus menghindari keterlibatan militer langsung yang bisa memperluas konflik di Timur Tengah.
Beberapa penasihat keamanan nasional juga diyakini telah memperingatkan Trump agar tidak bertindak gegabah yang justru memperparah ketegangan. Salah satu indikasi adalah laporan bahwa Trump sempat menyarankan Netanyahu untuk tidak membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
3. Menuruti Basis Pendukung dan Mundur dari Konflik
Di sisi lain, suara dari kalangan pendukung loyal Trump di dalam negeri mulai menunjukkan perpecahan. Meskipun banyak politisi Partai Republik di Kongres mendukung Israel secara vokal, sejumlah tokoh dalam gerakan Make America Great Again (MAGA) justru mempertanyakan mengapa AS harus mempertaruhkan nyawa dan sumber daya untuk konflik yang bukan prioritas nasional.
Seruan untuk kembali fokus pada prinsip “America First” menjadi tekanan tersendiri bagi Trump. Jika ingin menjaga dukungan basisnya menjelang pemilu, Trump bisa saja memilih jalan keluar dengan menjauh dari konflik dan menegaskan bahwa AS tidak seharusnya terlibat lebih jauh dalam peperangan Timur Tengah.
Di tengah ketidakpastian dan tekanan dari berbagai arah—baik dari sekutu internasional seperti Israel, maupun dari pendukung domestik—Trump menghadapi dilema besar. Apakah ia akan menempuh jalan militer, memilih strategi tekanan tanpa aksi, atau menarik diri sepenuhnya dari konflik, masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab. Namun yang pasti, langkah Trump berikutnya akan menjadi penentu penting dalam dinamika geopolitik kawasan. (ian)
Sumber: BBC
Tinggalkan Balasan