
Surabaya (Trigger.id) – Tekanan darah merupakan salah satu tolok ukur kondisi fisik seseorang, yang sebaiknya diukur rutin tiap bulan. Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Yang jadi pertanyaan, kapan terakhir melakukan pengecekan tekanan darah? Apakah sudah rutin? Berapakah tekanannya?.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan, prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami penurunan dari 34,1% pada tahun 2018 menjadi 30,8% pada tahun 2023. Meskipun demikian, hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang signifikan. Salah satu tantangan utama adalah rendahnya kepatuhan penderita dalam mengonsumsi obat secara teratur dan melakukan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan. Pada kelompok usia 18-59 tahun, hanya sekitar 2,5% yang rutin minum obat, dan pada kelompok lansia, proporsinya sekitar 12%.
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk berbagai penyakit serius seperti stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal, yang dapat berujung pada kecacatan atau kematian. Data menunjukkan bahwa hipertensi seringkali tidak terdeteksi dini, menyebabkan banyak penderita baru mendapatkan penanganan ketika kondisinya sudah parah.
Masalah lain adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan mematuhi pengobatan. Laporan Kemenkes mengungkapkan bahwa hanya sebagian kecil penderita yang secara konsisten meminum obat dan rutin melakukan pemeriksaan ulang, terutama pada kelompok usia muda dan dewasa produktif.
Untuk mencegah komplikasi, dokter menyarankan penderita hipertensi untuk tetap mengonsumsi obat bahkan setelah tekanan darah tampak normal, karena obat membantu menjaga kestabilan tekanan darah dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular jangka panjang.
Dokter juga menekankan pentingnya kombinasi antara konsumsi obat dan perubahan gaya hidup agar hasil terapi lebih optimal dan risiko berkurang.
Jika penderita hipertensi tidak minum obat secara rutin, tekanan darah bisa kembali meningkat tanpa disadari (hipertensi “silent killer”). Ini meningkatkan risiko komplikasi serius, seperti:
- Stroke: Pembuluh darah di otak bisa pecah atau tersumbat.
- Serangan jantung: Jantung bekerja lebih keras dan rentan mengalami kerusakan.
- Gagal ginjal: Tekanan darah tinggi merusak pembuluh darah ginjal.
- Kerusakan mata: Retinopati hipertensi dapat menyebabkan kebutaan.
Dokter merekomendasikan penggunaan rutin agar tekanan darah tetap terkendali dan mencegah risiko kesehatan jangka panjang. (zam)
Tinggalkan Balasan