Nabi Ibrahim AS adalah salah satu teladan yang paling menginspirasi dalam kehidupan, terutama dalam hal keimanan, ketaatan, dan pengorbanan.
Nabi Ibrahim AS memiliki iman yang kokoh, bahkan ketika ia ditentang oleh kaumnya sendiri pendiriannya tak goyah sedikitpun. Ia tegas dalam menegakkan kebenaran dan tidak goyah meskipun menghadapi tekanan luar biasa dari ayahnya, keluarganya, dan masyarakatnya. Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu berpegang teguh pada keyakinan kita, meskipun menghadapi tantangan.
Salah satu ujian terbesar Ibrahim AS adalah ketika Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail AS. Ujian ini bukan hanya mengenai ketaatan, tetapi juga tentang cinta yang mendalam kepada Allah di atas segala-galanya. Ibrahim AS bersedia menjalankan perintah ini dengan penuh keikhlasan, yang akhirnya Allah gantikan dengan domba sebagai rahmat. Dari kisah ini, kita belajar tentang keikhlasan dalam pengorbanan dan pentingnya meletakkan kecintaan kepada Allah di atas segalanya.
Nabi Ibrahim AS selalu berusaha menyampaikan kebenaran kepada kaumnya meskipun mereka terus menolaknya. Sikap sabarnya dalam berdakwah dan terus menyampaikan kebenaran adalah teladan bagaimana kita seharusnya dalam menyampaikan kebaikan tanpa mengenal lelah, meskipun hasilnya mungkin tidak segera terlihat.
Sepanjang hidup, Nabi Ibrahim AS selalu taat pada setiap perintah Allah, meskipun itu berarti meninggalkan keluarganya di padang pasir tanpa sumber daya air atau meninggalkan negerinya sendiri. Ini adalah contoh betapa pentingnya ketaatan total kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.
Ibrahim AS juga menunjukkan keberaniannya dalam menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya. Tindakan ini menunjukkan bahwa kebenaran harus ditegakkan, meskipun harus menghadapi ancaman atau perlawanan dari pihak lain.
Menjadi buah tutur yang baik
Nabi Ibrahim AS memang menjadi teladan dalam banyak aspek kehidupan, dan salah satu yang paling mulia adalah harapannya untuk menjadi “buah kata yang baik” atau dengan kata lain, meninggalkan warisan yang baik melalui ucapan, doa, dan tindakan.
Dalam Al-Qur’an, Nabi Ibrahim AS berdoa agar namanya selalu diingat dalam kebaikan oleh generasi-generasi setelahnya. Ini adalah bentuk permohonan agar beliau dikenang bukan hanya sebagai nabi, tetapi sebagai teladan kebajikan yang terus memancarkan hikmah dan kebaikan bagi umat manusia.
Doanya yang abadi dalam Al-Qur’an:
وَٱجْعَل لِّى لِسَانَ صِدْقٍ فِى ٱلْءَاخِرِينَ
“Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.”
(QS. Asy-Syu’ara Ayat 84)
Makna “Buah Tutur yang Baik”
- Warisan Kebaikan
Nabi Ibrahim AS ingin agar namanya diingat dengan kebaikan, bukan sebagai kehormatan pribadi, tetapi sebagai ajakan kepada kebaikan dan pengingat bagi umat manusia untuk selalu taat kepada Allah. Keinginan untuk meninggalkan warisan yang baik adalah contoh dari akhlak mulia, di mana seseorang berharap agar semua yang ditinggalkan memberikan manfaat bagi orang lain. - Teladan yang Dikenang
Harapan Ibrahim AS untuk menjadi “buah tutur yang baik” tercermin dalam kenyataan bahwa hingga saat ini, beliau dikenang sebagai salah satu nabi paling agung, seorang yang memiliki keimanan yang teguh dan pengorbanan yang luar biasa. Doa-doa dan kisah hidupnya menjadi inspirasi yang terus hidup dalam ajaran Islam, Yahudi, dan Kristen. - Pentingnya Menjaga Ucapan
Dari permohonan ini juga tersirat pentingnya menjaga lisan agar senantiasa menuturkan hal-hal yang baik. Ucapan yang baik akan menjadi cerminan dari hati yang baik, dan akan dikenang sebagai sesuatu yang abadi bahkan setelah kita tiada. Dengan demikian, buah kata yang baik bukan hanya sekadar ucapan, tetapi juga tindakan yang bermanfaat dan mendatangkan kebaikan bagi banyak orang.
Keinginan Nabi Ibrahim AS ini adalah cerminan dari seorang yang tidak hanya berpikir tentang dirinya sendiri, tetapi tentang masa depan umat manusia, agar setiap kebaikan yang ia tinggalkan dapat terus mengalirkan pahala dan manfaat.
—000—
*Penceramah, tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan