
Surabaya (Trigger.id) – Sampah plastik telah menjadi problem pelik di semua negara, tak terkecuali Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menyebutkan limbah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun.
Di Indonesia sejumlah regulasi telah dibentuk. Namun, menurut Greenpeace Indonesia, peta jalan pengurangan sampah oleh produsen belum dibarengi dengan keterbukaan informasi. Ini juga terlihat dari banyaknya sungai dan lahan yang masih disesaki sampah plastik.
Aktifis lingkungan dari komunitas Nol Sampah Wawan Some mengingatkan, di Surabaya problem sampah juga tak kalah pelik.
Menurut Wawan, berdasarkan kajian Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) satu orang di Indonesia membuang 700 kantong plastik per tahun.

“Dampaknya TPA akan penuh. Jika itu dibuang kesana, termasuk di Kota Surabaya,” tegas Wawan Some.
Di Surabaya data terakhir dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) tahun 2021, 21 persen sampah di Benowo adalah plastik. Dalam sehari ada 1.500 ton sampah masuk Benowo. Itu berarti ada sekitar 300 ton sampah plastik yang masuk TPA Benowo setiap harinya.
Wawan Some mengingatkan, mengapa daur ulang sampah plastik rendah. Pertama karena beragam jenis plastik yang digunakan sehingga harus dipisahkan berdasarkan jenisnya agar bisa didaur ulang. Kedua, pabrik daur ulang di Pulau Jawa masih membutuhkan biaya besar untuk pengiriman. Ketiga kata Wawan, pengumpulan plastik yang bisa didaur ulang masih minim, karena masyarakat masih membuang sampah plastik campur dengan jenis sampah lainnya. Karena itu, perlu ada gerakan dan kemauan memilah sampah dari sumbernya. Wawan Some juga mengatakan, pemerintah telah memgeluarkan Permen KLHK no 75 tahun 2019, yang mengatur kantong plastik, plastik sekalian pakai dan kemasan plastik. Tetapi uniknya, aturan tersebut berlaku efektif per 1 Januari 2030. (ian)
Tinggalkan Balasan