
Oleh: Ustadz H. Junaidi Sahal

Meski sudah sering mendengar istilah rezeki dan harta, tapi masih banyak orang yang belum bisa membedakan antara rezeki dan harta. Kedua istilah tersebut mungkin terlihat sama, tapi jika kita telaah bersama, keduanya memiliki makna yang berbeda.
Harta mengacu pada materi yang kita miliki, seperti uang, rumah, kendaraan, dan lain sebagainya. Berbeda dengan rezeki yang artinya lebih luas, yakni apa saja yang bisa kita nikmati dan tidak selalu dalam bentuk materi.
Karena rezeki tersebut masuk dalam ranah Allah. Allah rahasiakan cara datangnya, namun Allah perintahkan kita untuk mencarinya.
Karena rezeki masuk ranah misteri, sehingga apapun yang berhubungan dengan rezeki juga misterius. Karena itu hanya Allah-lah yang tahu. Apa dan dimana, siapa, kapan, berapa.
Banyak diantara kita menganggap bahwa apa yang kita miliki itu adalah rezeki. Padahal, selama yang kita miliki tersebut belum kita belanjakan, belum kita amalkan dan belum berdampak langsung pada diri kita, maka hal tersebut belum bisa disebut rezeki kita. Karena boleh jadi hal tersebut merupakan rezeki orang lain yang disalurkan oleh Allah lewat kita.
Syekh mutawalli as-sya’rawi mempunyai ungkapan tersendiri dalam masalah rezeki. Beliau berkata:
عجيب أمر الرزق أنه أعرَفُ بمكانك وعنوانك منك بمكانه وعنوانه٬ فإنْ قُسِم لك الرزق جاءك بطرق عليك الباب٬ وإنْ حُرمت منه أعياك طلبه٬ لذلك يقول أحد الصالحين: عجبتُ لابن آدم يسعى فيما ضُمِن له ويترك ما طُلِب منه. (الشيخ متولي الشعراوي)
Di antara keajaiban masalah rezeki; bahwa ia lebih mengetahui tempat dan alamatmu, daripada engkau mengetahui tempat dan alamatnya. Jika rezeki itu dipastikan menjadi bagianmu, ia akan datang mengetuk pintumu. Namun jika rezeki itu bukan jatahmu, ia akan membuatmu lelah mencarinya.
Karena itulah seseorang shalih berujar: “aku heran kepada manusia, ia berupaya keras pada apa yang sudah dijamin untuknya, namun ia tinggalkan apa yang diwajibkan atas dirinya”.
Sesungguhnya yang namanya rezeki itu banyak sekali macam dan ragamnya, namun kebanyakan manusia sering kali mengkategorikan bahwa rezeki itu apa yang di terima oleh tangan, yang dapat diraba, dilihat, dirasa (materi).
Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi berkata dan memilah-milah rezeki
درجات الرزق : المال هو ادنى درجات الرزق و العافية هي اعلى درجات الرزق وصلاح الابناء هو افضل الرزق ورضا ربّ العالمين هوتمام الرزق.
Tingkatan rizki adalah:
- Harta adalah rizki yang paling rendah.
- Kesehatan; adalah rizki yang yang paling tinggi.
- Keshalehan anak-anak adalah rizki yang paling utama.
- Ridhonya Allah Swt adalah rizki yang paling sempurna.
Bagi mereka-mereka yang mendewakan materi, ungkapan di bawah ini sangat bagus untuk dijadikan bahan renungan.
نستطيع شراء المنزل بالنقود. لكن لا نستطيع شراء عائلة
Dengan uang kita bisa membeli rumah. Tetapi tidak bisa membeli keluarga
نستطيع شراء الساعة. لكن لا نستطيع شراء الوقت
Kita bisa membeli jam (tangan). Tetapi kita tidak bisa membeli waktu
نستطيع شراء المنصب. لكن لا نستطيع شراء الاحترام
Kita bisa membeli jas mewah. Tetapi kita tidak bisa membeli kehormatan. (ian)
Tinggalkan Balasan