Pelaksanaan upacara Dirgahayu Kemerdekaan RI 17 Agustus 2024 di Ibu Kota Nusantara (IKN), tinggal menunggu hitungan hari saja. Berbagai persiapan telah dirancang dengan baik. Lokasi upacaranya pun, disebut-sebut telah seratus persen siap. Bahkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),telah mempersiapkan operasi modifikasi cuaca. Tujuannya jelas, agar tidak terjadi hujan saat giat upacara berlangsung. Persiapan dari sisi infrastruktur, mungkin mendapatkan porsi pengelolaan yang lebih dominan. Tidak berlebihan kiranya bila hal itu harus dilakukan. Pasalnya tamu yang diundang berjumlah ribuan. Mungkin sedikitnya bisa mencapai 1500 orang. Mayoritas di antara tamu undangan, adalah orang-orang tertentu yang berstatus “penting”. Publik sudah terbiasa mengenal mereka sebagai tamu VIP (Very Important Person) atau VVIP (Very-veryImportant Person). Tamu istimewa tersebut termasuk misalnya pejabat negara, atau perwakilan negara-negara sahabat. Mereka dipastikan memerlukan perlakuan secara khusus, termasuk bila mengalami masalah gawat darurat medis.
Tidak ada seorang pun yang berharap akan terjadi gangguan kesehatan pada dirinya. Apalagi pada saat momen penting. Terjadinya masalah gawat darurat medis, sering kali justru diawali dari sesuatu yang tidak diprediksi sebelumnya. Setiap orang berisiko bisa mengalaminya. Tidak terkecuali orang-orang yang tergolong dalam VIP atau VVIP. Meski demikian, mereka yang berstatus orang penting, mungkin berisiko lebih kecil. Pasalnya mereka relatif lebih sering melakukan medicalcheck-up (MCU) secara reguler, karena merupakan “kewajiban” atas statusnya.
Penunjang medis, antara Jakarta dan IKN
Tidak dapat dipungkiri, rumah sakit merupakan sarana penunjang penting suatu pemerintahan.Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia saat ini, telah didukung dengan sistem kesehatan yang mumpuni. Rumah sakit bertebaran dimana-mana, di hampir semua sudut kota. Segmen masyarakat yang dilayaninya pun sangat beragam. Mulai “rakyat biasa” hingga orang-orang yang tergolong dalam VIP/VVIP. Tenaga medis yang menyokongnya bisa dibilang amat lengkap, dengan berbagai spesialisasi. Situasi tersebut juga ditunjang oleh keberadaan Fakultas Kedokteran (FK) dari banyak Universitas.Mayoritas telah dilengkapi staf pengajar dengan berbagai kualifikasi keahlian.Peralatan medis penunjangnya juga sangat layak, baik dari sisi kecanggihannya ataupun kuantitasnya.
Saat ini kondisi di IKN mungkin sangat berbeda. Rumah sakit pemerintah, yaitu Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) IKN, baru dimulai pembangunannya akhir Desember 2023. Hingga kini belum bisa beroperasi melayani masyarakat. Tetapi jelang upacara Dirgahayu Kemerdekaan RI ke-79, khusus instalasi gawat darurat (IGD)akan difungsikan.RSUP IKN merupakan rumah sakit keempat yang dibangun di kawasan IKN. Tiga rumah sakit lainnya yang juga sedang dibangun, adalah milik swasta. Pemerintah merencanakan rumah sakit yang beroperasi di IKN,lebih memprioritaskan pada penanganan penyakit jantung dan stroke. Harapannya agar tidak akan ada lagi masyarakat yang berobat ke luar negeri. Keinginan tersebut mungkin belum bisa terwujud dalam waktu dekat.Salah satu kendalanya, tidak mudah mencari tenaga dokter spesialis yang siap untuk ditempatkan di IKN.
Dua orang terpenting di Republik ini dipastikan bakal hadir, pada upacara peringatan kemerdekaan tersebut. Presiden Jokowi rencananya akan bertindak sebagai inspektur upacara, sedangkan VVIP lainnya adalah Presiden terpilih Prabowo Subiyanto. Sebagai tuan rumah, provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) harus siap menghadapi kejadian medis tak terduga terhadap semua “orang penting”. Pemerintah provinsi setempat telah menyiapkan satuan kerja yang dikoordinasikan oleh tim Kesehatan Kepresidenan dan Kementerian Kesehatan.Ada puluhan personel yang dilibatkan, termasuk dokter spesialis, dokter umum, perawat, tenaga kesehatan, hingga driver ambulans. Mereka semuanya akan berkolaborasi dengan tenaga medis yang saat ini bertugas di rumah sakit setempat. Nantinya rumah sakit di Balikpapan, Samarinda, ataupun Penajam Paser Utara (PPU), dipersiapkan sebagai rumah sakit rujukan. Sebagai gambaran, jarak IKN ke Balikpapan dapat ditempuh dalam waktu sekitar dua jam melalui jalan darat. Di sisi lain, jarak Samarinda sebagai ibu kota provinsi Kaltim menuju IKN sekitar 113 Km. Bila sangat diperlukan, di IKN juga telah dipersiapkan helipad yang bisa digunakan sebagai sarana transportasi pasien jalur udara.
Seperti halnya di Jakarta, tersedianya dokter dengan berbagai macam spesialisasi, akan lebih cepat terpenuhi bila terdapat FK. Apalagi bila sudah memenuhi kualifikasi untuk dapat mendidik dokter spesialis. Kini Universitas Balikpapan tengah mengupayakan berdirinya FK. Satu-satunya FK yang ada di Kaltim saat ini, adalah di Universitas Mulawarman-Samarinda yang mendidik dokter umum.
Problem medis terkait VIP/VVIP
Ada sisi kebanggaan tertentu pada tenaga medis yang dipercaya menangani VIP/VVIP. Mereka adalah orang-orang pilihan. Namun ada fenomena lainnya yang jarang terdengar oleh publik. Beberapa contoh kasus di luar negeri, dokter atau fasilitas kesehatan yang melayani VIP/VVIP harus siap “luar-dalam”. Terkait statusnya (kaya, penting, terkenal), mereka tergolong sangat mampu “membayar lebih” seluruh biaya medis. Tetapi sebaliknya juga menginginkan “fasilitas mewah”. Pelayanannya pun menghendaki terpisah (privasi) dari pasien lain. Sebagai konsekuensinya, pasien tersebut akan menerima layanan yang berbeda dari standar perawatan normal. Deviasinya mengarah pada persoalan keamanan dan kualitas yang menghendaki (jauh) lebih baik. Rumah sakit yang memiliki kualifikasi merawat VIP/VVIP, harus mempersiapkan diri memiliki ruang perawatan khusus untuk keperluan tersebut. Bila memerlukan perawatan di IGD, mesti mendapat akses langsung pada dokter spesialis yang dikehendaki. Responsetime-nya harus sangat cepat. Mengacu pada standar umum yang berlaku,mestinya dokter umum yang bertindak sebagai dokter jaga, akan memberikan pelayanan pertama.
Ada satu sisi “negatif” bagi seorang dokter yang merawat pasien VIP/VVIP. Situasi yang menghendaki “tuntutan tanpa henti” dari pasien, staf, serta kerabatnya, berpotensi memantik berbagai konflik kepentingan dan etika. Masyarakat umum bisa mengasumsikannya dengan isu keadilan, aspek ekonomi/pemborosan, dan keselamatan.Tidak jarang pula, staf medis mendapat “tekanan” dari rombongan VIP/VVIP. Mereka acapkali meminta “akomodasi khusus”. Dalam terminologi medis, situasi serba tekanan yang terjadi pada tenaga medis itu, dikenal dengan istilah sindrom VIP. Semoga sarana medis VIP/VVIP di IKN, saat peringatan Dirgahayu Kemerdekaan RI ke-79 telah berjalan optimal.
—000—
*Penulis:
- Staf pengajar senior di :Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
- Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (IKESOR) Unair
- Penulis buku :Serial Kajian COVID-19 (tiga seri)Serba-serbi Obrolan Medis
Tinggalkan Balasan