
Surabaya (Trigger.id) – Selama bertahun-tahun, komunitas kuliner telah memperdebatkan cara terbaik untuk merebus telur. Namun, para ilmuwan kini telah menemukan metode yang diklaim dapat memasak kuning dan putih telur dengan sempurna sekaligus meningkatkan kandungan nutrisinya.
Metode ini disebut “periodic cooking,” dan sebuah studi terbaru telah mengungkap manfaat serta cara melakukannya.
Memecahkan Masalah Perbedaan Suhu Memasak
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Communications Engineering ini bertujuan untuk mengatasi perbedaan suhu ideal antara putih dan kuning telur saat dimasak. Putih telur (albumen) matang pada suhu 185 derajat Fahrenheit (85 derajat Celsius), sedangkan kuning telur matang pada suhu 149 derajat Fahrenheit (65 derajat Celsius).1
Perbedaan ini membuat sulit mendapatkan telur rebus yang matang sempurna tanpa membuat kuning telur terlalu matang. “Beberapa koki profesional bahkan memasak kuning dan putih telur secara terpisah pada suhu optimal masing-masing untuk mencapai tekstur terbaik,” ujar Emilia Di Lorenzo, salah satu penulis studi dan profesor di Universitas Naples Federico II, kepada Health.
Bersama timnya, Di Lorenzo ingin menemukan cara untuk memasak telur secara utuh tanpa perlu memecahkannya terlebih dahulu. “Ini bukan hanya soal rasa terbaik, tetapi juga soal sains. Itulah cara terbaik untuk memulai sebuah penelitian,” kata Ernesto DiMaio, PhD, salah satu penulis studi dan peneliti di universitas yang sama.
Uji Metode Memasak
Para peneliti mengembangkan model komputer untuk mensimulasikan cara terbaik memasak kuning dan putih telur tanpa kehilangan cita rasa serta tekstur ideal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode terbaik adalah dengan memindahkan telur secara bergantian antara panci berisi air mendidih bersuhu 212 derajat Fahrenheit (100 derajat Celsius) dan mangkuk air bersuhu 86 derajat Fahrenheit (30 derajat Celsius).1
Metode “periodic cooking” ini mengharuskan telur dipindahkan antara dua wadah tersebut setiap dua menit selama 32 menit.1
Para peneliti juga menguji metode ini secara langsung dan membandingkannya dengan hasil telur rebus biasa, telur setengah matang, dan telur yang dimasak dengan teknik sous vide. (Sous vide adalah metode memasak dengan menempatkan makanan dalam kantong hampa udara, lalu memasaknya dalam air dengan suhu rendah yang dikontrol dengan baik.)
Setelah dimasak, telur dianalisis dari segi tekstur dan kualitas sensorik. Para peneliti juga menggunakan resonansi magnetik nuklir dan spektrometri massa resolusi tinggi untuk memeriksa sifat kimiawinya.
Hasilnya, telur yang dimasak dengan metode periodic cooking memiliki konsistensi kuning telur yang lembut dengan putih telur yang matang sempurna, berada di antara tekstur telur sous vide dan telur setengah matang.1 “Metode ini menghasilkan tekstur terbaik: putih telur sepenuhnya matang, sementara kuning telur tetap super creamy,” ujar DiMaio.
Periodic cooking menjaga suhu kuning telur tetap stabil di sekitar 153 derajat Fahrenheit (67 derajat Celsius), sementara putih telur berada dalam rentang 86 hingga 212 derajat Fahrenheit (30 hingga 100 derajat Celsius).1
Analisis kimia juga menemukan bahwa kuning telur yang dimasak dengan metode periodic cooking mengandung lebih banyak polifenol. Polifenol adalah mikronutrien yang dapat melindungi sel dari kerusakan dan peradangan serta berpotensi mengurangi risiko penyakit.
Metode periodic cooking menawarkan cara inovatif untuk merebus telur dengan hasil yang lebih optimal, baik dari segi tekstur maupun kandungan nutrisi. Bagi mereka yang ingin mencoba teknik ini di rumah, diperlukan kesabaran dan ketelitian dalam memindahkan telur antara air panas dan dingin secara berkala. Namun, hasil akhirnya bisa menjadi telur dengan cita rasa dan manfaat kesehatan yang lebih baik. (bin)
Tinggalkan Balasan