Surabaya (Trigger.id) – Tema Hari HIV/AIDS Sedunia 2024, “Take the Right Paths”, menggarisbawahi pentingnya mengambil langkah yang tepat dalam merespons epidemi HIV/AIDS.
Tema ini mengajak masyarakat untuk fokus pada strategi yang tepat dan efektif dalam mencegah, mengobati, dan mendukung secara mental mereka yang hidup dengan HIV. Pesannya adalah bahwa setiap orang memiliki peran dalam memastikan akses yang adil ke layanan kesehatan, menghilangkan stigma, dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk semua individu yang terkena dampak HIV/AIDS.
Perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap isu HIV/AIDS di Indonesia memiliki tantangan yang beragam. Berikut adalah beberapa poin utama mengenai perhatian yang diberikan:
Penurunan Perhatian di Beberapa Aspek
- Efek Pandemi COVID-19: Pandemi menghambat program penanggulangan HIV/AIDS. Banyak Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di berbagai daerah tutup karena minimnya anggaran. Program-program terkait deteksi dan pengobatan menjadi tidak maksimal.
- Cakupan Pengobatan Rendah: Meskipun 88% ODHIV telah teridentifikasi, hanya 40% yang mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV). Angka ini menunjukkan kesenjangan dalam perhatian terhadap pengobatan yang seharusnya menjadi prioritas.
- Stigma Sosial: Stigma terhadap pengidap HIV/AIDS masih kuat. Hal ini mengurangi keberanian banyak orang untuk memeriksakan diri atau menjalani pengobatan.
Tanda Perhatian yang Tetap Ada
- Target 95-95-95: Pemerintah terus berkomitmen untuk mencapai target global UNAIDS, yaitu memastikan 95% pengidap HIV mengetahui status mereka, 95% menjalani pengobatan, dan 95% mengalami supresi virus..
- Tema Hari AIDS Sedunia: Tema Hari AIDS “Take the Right Paths”, menggarisbawahi pentingnya mengambil langkah yang tepat dalam merespons epidemi HIV/AIDS.
- Fokus Daerah Rawan: Di Papua, yang memiliki prevalensi tertinggi, upaya pengendalian HIV/AIDS terus didorong meskipun pandemi menghambat banyak program. Komitmen dari pemerintah daerah menjadi salah satu bentuk perhatian yang nyata..
Perhatian terhadap HIV/AIDS belum sepenuhnya menurun, tetapi mengalami tantangan besar, terutama dari segi pendanaan, stigma, dan cakupan pengobatan. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan sektor kesehatan masih diperlukan untuk memastikan bahwa penanganan HIV/AIDS tetap menjadi prioritas.
Adanya kesadaran masyarakat yang lebih luas melalui program edukasi dan pengurangan stigma sosial juga sangat penting untuk mendukung keberhasilan penanganan HIV/AIDS di Indonesia.
Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran tentang HIV/AIDS di Indonesia. Saat ini, Indonesia menghadapi sejumlah isu terkait HIV/AIDS, termasuk prevalensi yang masih tinggi, stigma sosial, dan tantangan dalam penanganan.
Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia
- Data terbaru: Diperkirakan ada sekitar 526.841 orang dengan HIV di Indonesia, namun baru sekitar 454.000 orang (88%) yang teridentifikasi. Dari jumlah tersebut, hanya 209.000 atau 40% yang sedang menjalani terapi antiretroviral (ARV).
- Papua sebagai daerah dengan prevalensi tertinggi: Di sebagian besar wilayah Indonesia, prevalensi HIV adalah 0,26%, tetapi di Papua dan Papua Barat mencapai 1,8%.
- Kelompok usia rentan: Sebagian besar kasus terjadi pada kelompok usia 25–29 tahun, dengan banyak kasus baru juga ditemukan pada perempuan, anak-anak, dan remaja.
Upaya Penanganan
Kementerian Kesehatan menargetkan untuk mengakhiri epidemi HIV pada 2030 melalui pencegahan, peningkatan deteksi kasus, dan penguatan layanan kesehatan. Namun, pandemi COVID-19 sempat menghambat banyak program, termasuk penutupan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di beberapa daerah.
Peningkatan kesadaran masyarakat, pengurangan stigma, dan penguatan layanan kesehatan tetap menjadi prioritas utama untuk menangani HIV/AIDS di Indonesia. Kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk mencapai tujuan ini. (ian)
Tinggalkan Balasan